Beberapa tahun yang lalu, negara Italia sebagai salah satu pusat mode dunia memperkenalkan tas anyaman yang harganya mencapai puluhan juta rupiah. Model tas itu kemudian sempat muncul pula tiruannya, namun produksi Cina. Kenyataan itu sempat membuat Syanaz Nadya bertanya, “mengapa Indonesia tidak bisa membuatnya ?” Apalagi, anyaman adalah bagian dari budaya Indonesia yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, dan punya nilai filosofi yang tinggi.
Syanaz lantas tergerak untuk membuat tas anyaman sendiri, setelah mendapat tantangan dari ayahnya. Menurut ayahnya, membuat itu lebih sulit daripada membeli. Akhirnya, hadirlah brand Rorokenes, produk tas anyaman artistik karya Syanaz, yang mengeksplorasi media kulit dan tenun. Sejak berdiri, Rorokenes menetapkan 90 persen penggunaan bahan lokal. Pabriknya berada di Bogor, Jawa Barat, juga ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Syanaz memilih bahan kulit sapi, kambing, dan domba. Sementara untuk tenunnya, dia bekerja sama dengan komunitas penenun perempuan di Jawa Tengah.
Sebagai pemilik, Syanaz pun turun langsung untuk mengeksplorasi bahan, warna, dan desainnya. Jika dulu ia membutuhkan waktu sebulan lebih untuk bereksplorasi, kini waktunya sudah bisa dipersingkat menjadi 21 hari saja. Tak jarang, pakem anyaman yang sudah ada di beberapa daerah harus dibongkar pasang lagi untuk menemukan motif yang baru.
Tak hanya dari anyaman jadi, sumber inspirasi untuk Rorokenes bisa dari mana saja. Tas belanja yang biasa dipakai ibu-ibu ke pasar atau keranjang penjual buah di pasar misalnya, bisa menjadi ide. Pun, tanaman sulur yang menjuntai sampai mainan anak pun juga bisa menginspirasi Syanaz untuk dijadikan motif anyaman. Misalnya saja, salah satu tas anyaman dari tenun yang Syanaz namakan Tetris. Sumber idenya adalah dari balok-balok permainan game Tetris yang dulu terkenal.
Ada pula tas anyaman yang sumber idenya dari anyaman gedek yang biasanya berbahan bambu pada bilik kayu. Setelah dieksplorasi ke dalam bentuk tas, produk tersebut membuat Rorokenes berhasil mendapatkan Anugerah Bangga Buatan Indonesia 2020 dan tampil di Mercedes – Benz Fashion Week Russia 2020.
Selain motif, Syanaz juga suka mencampur beberapa warna dalam satu kulit. Dia yang memilih warna-warnanya kemudian dikerjakan di pabrik. Biasanya, dari satu warna kulit setinggi 800 kaki bisa menghasilkan 25 sampai 28 tas dengan model dan motif anyaman yang berbeda-beda. Walau komposisi warnanya sama, tapi saat diaplikasikan ke media kulit hasilnya akan terlihat berbeda, tergantung dari ketebalan kulit, jenis kulit, dan kelembapannya.
Oleh karena itu, setiap tas produk Rorokenes tidak ada yang sama persis. Dengan warna dasar yang tidak bisa sama, lalu pemasangan warna tiap produk yang juga berbeda, hingga motif anyaman yang dipilih, Syanaz menjamin produk yang dihasilkan Rorokenes memiliki nilai eksklusif yang tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar