***
Setelah bisnis kesehatan, pendidikan, IT/telekomunikasi, bisa dibilang bisnis yang satu ini juga tidak ada habisnya. Artinya, selalu saja ada pangsa pasar yang membutuhkan. Ya, bisnis makanan atau dewasa ini biasa disebut bisnis kuliner.
Keberadaan bisnis ini sampai kapan pun akan tetap berjalan. Bisa dibilang bisnis kuliner termasuk bisnis yang bandel terhadap terpaan krisis. Utamanya, untuk kategori bisnis kuliner kelas Usaha Kecil Menengah (UKM). Terbukti, di saat sektor bisnis lain berguguran, sektor bisnis ini justru kuat menahan badai krisis yang pernah melanda. Selama makan masih menjadi kebutuhan pokok manusia, sepanjang itu pula bisnis ini bisa bertahan.
Indikasi pasar yang positif dan cenderung tren-nya mengalami peningkatan ialah dengan maraknya usaha-usaha atau bisnis kuliner berbasis UKM. Banyaknya warung kelas kaki lima yang bertebaran di pinggir jalan, bisa dijadikan patokan kalau bisnis yang terkait urusan perut ini masih mendominasi. Belum lagi di mall-mall yang sengaja di setting sedemikian rupa untuk area menjajakan makanan. Misal, foodcourt.
Fenomena menarik lain yang patut dicermati ialah dengan booming-nya upaya pengangkatan makanan radisional. Kampanye terhadap kecintaan makanan tradisional untuk berkompetisi dengan makanan yang siap saji atau modern, tentu semakin menambah peta bisnis ini semakin jelas. Yakni, tetap prospektif. Peluang bisnis kuliner dengan mengangkat traditional food sebagai keunggulan kuliner sangat menggairahkan. Karena saat ini masyarakat lebih concern terhadap makanan tradisional yang lebih sehat dibandingkan makanan fast food. Selain itu, banyak di kotakota besar masyarakatnya belum familiar terhadap makanan makanan tradisional. Jelas, peluang masih terbuka lebar untuk menekuni bisnis ini.
Bukan hanya itu, bisnis kuliner saat ini tidak hanya sekadar menjual kenikmatan dari sisi masakan saja. Namun, telah mengarah pada ‘menjual’ suasana atau tempat berjualan. Lihatlah betapa banyak sekarang warung makan atau resto yang berdiri dengan memilih tempat-tempat yang sekiranya belum pernah dilihat atau dikunjungi. Dengan kata lain, mencari tempat makan dengan suasana yang beda. Meskipun kadang menu yang disajikan tak beda jauh dengan kelas kaki lima atau di warung lain. Pun demikian, pasar tak mungkin akan menampiknya. Faktor ingin mencoba atau sekadar melepas kejenuhan dengan tempat yang pernah dikunjungi, menjadi modalitas pebisnis kuliner mengarahkan bisnisnya dengan menjual suasana.
Dengan demikian, pengunjung akan memperoleh dua kenikmatan. Yakni, kenikmatan dari sisi menu dan dari sisi tempat. Mulai dari konsep warung di tengah sawah hingga terapung seperti di tengah danau. Paduan antara menjual menu dan tempat seakan-akan menjadi primadona bisnis kuliner dewasa ini. Pasar yang jenuh dengan tempat biasa menjadi aset bisnis yang perlu mendapatkan ruang berbeda. Mengedepankan aspek keasrian alam, tentu bisa menjadi pilihan alternatif.
Kata kuncinya ialah inovasi. Dengan memanfaatkan kejenuhan pasar dan keinginan pasar yang awalnya sekadar mencoba, pebisnis dijalur ini bisa saja mereguk untung. Pasar yang terus bergerak harus disikapi dengan strategi yang ‘bergerak’ pula (baca: inovasi) bila tidak akan ketinggalan. Inovasi ini tentu meliputi segala aspek. Mulai dari menu, tempat, cara memasak hingga strategi pemasaran. Sentuhan yang beda inilah yang kadang menjadi magnet baru bagi pembeli. Misal, Anda memilih cara memasak yang spesifik lantas konsisten bisa dijadikan branding. Misal, ayam bakar, ayam goreng serta yang lain.
Sama halnya dengan jenis bisnis lainnya, bisnis kuliner juga butuh proses yang panjang untuk eksis dan menjadi pilihan pelanggan. Bisnis kuliner bergantung pada rasa dan kepercayaan. Oleh sebab itu, tak ada ukuran seberapa besar kita harus memulai bisnis ini. Tidak semua pengusaha kuliner memulai bisnisnya langsung menjadi besar. Sebagian besar justru mengawalinya dari order kecil-kecilan. Khusus untuk urusan modal, sebenarnya tidak terlalu berat dan bentuknya tidak selalu berupa uang. Hobi Anda yang gemar memasak sudah cukup dijadikan modal. Skill Anda dalam meramu bumbu akan menjadi salah satu kunci sukses bisnis kuliner Anda kelak. Dari sisi jenis masakan pun, bisa Anda mulai dari yang Anda kuasai. Misalnya, Anda piawai membuat kue lumpur berbagai rasa atau jenis lain.
Memang, sekali lagi perkembangan bisnis kuliner saat ini pesat sekali. Jika Anda menawarkan jenis makanan yang itu-itu saja pun tentu akan membuat bosan para pelanggan dan tidak mungkin pelanggan baru berdatangan. Oleh karena itu, jangan berhenti belajar dan berkreasi dengan menu-menu baru atau memadupadankan menu lama dengan menu baru. Yang perlu Anda perhatikan dalam menjalankan bisnis ini
ialah tentang calon konsumen. Biasanya, calon kosumen akan cenderung membandingkan pilihan yang mereka punya dengan titik berat pada segi harga, apabila jenis makanan yang diperbandingkan adalah sejenis. Contoh ketika calon konsumen berada di foodcourt. di mana gerai-gerai yang ada menjual makanan yang hampir serupa.
Di era food gathering abad 21, manusia dijejali dengan begitu banyak pilihan makanan. Dari kaki lima sampai
restoran mewah, dari makanan lokal tradisional sampai gerai modern franchise dari negara lain, dan masih banyak lagi pengkategorian makanan yang ada di sekitar kita. Bukan mustahil, bila bisnis kuliner disebut bisnis panjang umur. Meski demikian semua tergantung si pengelola tersebut. Kejelian melihat peluang dan kepiawaian bertahan di antara persaingan plus kematangan strategi menjadi kuncinya.
Kebutuhan masyarakat akan makanan memang akan selalu ada, namun sebagai penyedia kebutuhan haruslah
cermat. Mengingat, masyarakat pembeli berhak menilai dan mengambil keputusan dalam menjatuhkan pilihan. Menjaga selera pasar adalah gampang-gampang susah, mengingat peta persaingan bisnis kuliner semakin ketat. Dan semakin banyak pilihan. Menjadikan pembeli fanatik atas produk Anda bukanlah perkara mudah. Maka, fokus, konsisten dengan menjaga kualitas produk dan layanan adalah serangkaian
kunci yang harus dijaga.
Bukti bila bisnis kuliner menjanjikan mungkin bisa dilihat dari jejak rekam para pebisnis yang sukses berbisnis di lini ini. Barangkali Anda sudah akrab dengan nama Puspo Wardoyo. Dia rela melepas status PNS-nya hanya untuk menekuni bisnis ayam bakar. Sebuah catatan kesuksesan dari bisnis ini ialah ketika perkembangannya sampai ke luar negeri. Anda pun sebenarnya bisa menirunya. Tidak harus melakukan langkah yang ekstrem dulu. Kegemaran atau hobi Anda dengan aktivitas memasak, bereksperimen dengan
menu-menu masakan sudah bisa dijadikan modal. Tinggal bagaimana menindaklanjutinya dalam langkah yang lebih konkret dan terencana. (Herbayu/berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar