Tambang Uang Dari Bisnis Kesehatan.
Dunia Kesehatan merupakan sebuah ranah yang selalu bersentuhan dengan kehidupan kita mulai dari kelahiran hingga proses setelah meninggal dunia. Memang kesehatan saat ini telah menjadi kebutuhan pokok sehari-hari yang selalu mengikuti kemana manusia bergerak. Karena alasan tersebut dewasa ini menjamur tempat-tempat yang menyajikan pelayanan kesehatan. Pun dengan produk kesehatan dari yang sklala kecil, menengah, hingga yang berkelas. Dari produk herbal hingga kimia sintetis. Peluang dari dunia kesehatan ini diulas secara apik dalam majalah pengusaha muslim volume 1 dengan kemasan komunikatif. Banyak hal disampaikan untuk membuka mata kita sebagai entrepreneur untuk melirik peluang di ranah kesehatan.
***
Di antara banyaknya jenis bisnis yang ada, sektor kesehatan bisa dibilang menjadi bisnis yang bisa bertahan lama. Malah bisa dikatakan bisnis ini tahan krisis. Pasar dari bisnis ini hampir tak ada ‘matinya’. Pasalnya, kebutuhan akan hidup sehat sudah menjadi kebutuhan pokok manusia.
Ada kecenderungan, hidup sehat sebagai bagian dari gaya hidup pun, tren-nya semakin meningkat. Ini artinya, kesehatan bukan hanya sekadar kebutuhan pokok. Namun, lebih dari itu. Sebagai bagian yang
tak bisa terpisahkan dari setiap aktivitas manusia. Nah, bila dilihat dari sisi kacamata bisnis, tentu ada banyak peluang dari sektor ini. Ada banyak pula peran bisnis yang bisa dijalankan. Misal, sebagai tenaga ahli. Di
sini tentu dibekali dengan pendidikan yang tidak murah. Jadi, harus melakukan investasi dalam bentuk sekolah yang menghabiskan waktu beberapa tahun. Tentunya, uang yang dikucurkan tidak sedikit. Makanya,
tenaga ahli akan merasakan hasilnya beberapa tahun mendatang. Yang masuk dalam kategori ini ialah profesi dokter atau sejenisnya.
Ketika peran ini susah dijangkau lantaran biaya yang dibutuhkan tinggi, sekiranya dapat memposisikan sebagai produsen (manufaktur). Mengambil bagian dalam membangun industri. Tentu, ini harus didukung investasi jutaan atau miliaran rupiah untuk membangun pabrik, infrastruktur, hak paten, pengangkutan
barang dan sebagainya.
Bagi yang cekak modal, kedua posisi tersebut mungkin terasa berat. Barangkali, bisa mengambil peran sebagai penjual eceran. Tapi, tetap juga harus menyiapkan beberapa hal. Seperti membayar lisensi, mampu bekerja enam hari seminggu, memiliki strategi iklan dan membayar sejumlah karyawan, serta yang lain. Lagi-lagi, sebuah investasi yang jumlahnya tidak sedikit.
Atau posisi distributor. Distributor adalah bagian rantai bisnis yang paling besar mendapatkan keuntungan, melebihi dari produsen (pembuatnya). Sementara, soal pilihan jenis produk, maka akan banyak dihadapkan ragam produk yang kesehatan yang bisa diperdagangkan. Mulai dari jenis obatobatan, makanan-minuman (nutrisi), alat kesehatan hingga produk jasa. Singkatnya, lini bisnis yang berbasis kebutuhan kesehatan ini tetap menjadi primadona.
Di sisi lain, program kementerian kesehatan baru-baru ini juga memberi celah bisnis tersendiri. Meski bersifat jangka panjang. Program peningkatan pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan kesehatan masyarakat, dengan cara memberikan bantuan operasional kesehatan (BOK) untuk sekitar 8.500 puskesmas di seluruh Indonesia. Jika program ini berhasil, tentu juga akan berimbas pada kesadaran masyarakat akan pentingnya kebutuhan kesehatan. Bukan tidak mungkin, lambat laun hidup sehat akan menjadi gaya hidup di kalangan masyarakat luas. Praktis, seiring dengan kemapanan ekonomi, industri kesehatan akan terus bergerak mengikuti. Disaat yang bersamaan itulah, bisnis dibidang ini pun terus tumbuh.
Masyarakat yang berusia produktif (37-55 tahun) mereka ingin lebih sehat, (feel healthier), memperbaiki
penampilan (look better), memperlambat penuaan (slow down aging), dan ingin mencegah berbagai macam penyakit (prevent diseases). Intinya mereka ingin merawat kesehatannya, mereka tidak rela penyakit mencuri usia produktifnya. Fenomena di atas, bila dilihat dari kacamata peluang bisnis, tentu sangat memberi pengharapan. Menjalankan bisnis kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tidak harus semua dilayani. Cukup mengambil satu jenis layanan, lalu fokus sudah cukup. Tergantung bagaimana strategi
menjalankannya.
Seperti halnya pada tahun 70-an, di mana dunia dikejutkan dengan kehadiran produk microwave. Tahun 80-
an, industri video meledak di pasaran. Sementara, tahun 90-an, giliran industri komputer dan internet merambah dunia. Maka, memasuki abad 21 ini, industri perawatan kesehatan (welIness industry) bukan tidak mungkin akan berganti merajai. Apalagi, pengaruh tekanan pekerjaan, semakin menjadi problematikan hidup yang berujung pada tingginya angka stres. Pola makan yang terlalu longgar tanpa memperhatikan
unsur kesehatan, juga semakin merajalela. Belum lagi polusi semakin tinggi. Hasilnya? Sangat jelas. Beragam penyakit kini ditemui. Malah, cenderung muncul penyakit baru. Fenomena ini, tanpa bisa dipungkiri akan menjadikan bisnis di jalur ini semakin booming. Pun demikian bukan berarti berharap akan lebih banyak masyarakat yang sakit demi berjalannya roda bisnis. Namun, hanya sekadar sarana. Bagian dari ikhtiar
untuk sebuah kesembuhan dari penyakit.
Seiring dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. Termasuk mengerti bahwa lebih baik mencegah daripada mengobati. Bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk berbisnis. Terserah akan memilih posisi sebagai tenaga ahli, produsen atau pengecer. Termasuk jenis produk bisnis yang dipilih. Asalkan dijalankan secara profesional dan terbimbing dari sisi syar’i, tidak menjadi masalah.
Salah satu contoh bisnis di bidang kesehatan ialah mendirikan apotek. Bisnis penyedia beragam obat-obatan
ini memang terbilang strategis. Sebagai bentuk investasi jangka panjang, sekiranya membangun apotek atau toko obat-obatan sangat prospektif. Atau bisa juga memilih bisnis penyedia jasa. Artinya, ketika kesehatan telah disandingkan dengan penampilan fisik. Misal, perawatan kulit, kebugaran tubuh, serta yang lain.
Bisnis kesehatan di jalur alternatif pun bisa jadi pilihan. Misal, menyediakan obat-obatan tradisional, semacam jamujamuan atau herbal. Ada indikasi, potensi bisnis ini semakin menunjukkan tren yang positif. Ketika pengobatan yang selama ini (modern) semakin tak terjangkau secara ekonomis, pengobatan tradisional seakan-akan menjadi alternatif yang sangat pas. Pas khasiat obatnya sekaligus pas duitnya.
Artinya, dari sisi biaya tidak semahal dari pengobatan secara modern. Namun, kemujaraban obatnya tak kalah ampuh untuk mengobati penyakit.
Menilik kisah sukses pebisnis di jalur ini pun telah banyak. Semisal, Prof. Dr. Nurfina Aznam Nugroho, S.U.,Apt. Seperti yang pernah diangkat di majalah ini (Edisi Januari 2010), sosok Nurfina telah menjunjung ‘derajat’ obat tradisional di peta dunia kesehatan internasional. Bagaimana dia mampu mensinergikan antara keilmuan, keahlian dengan kebutuhan pasar. Ketika posisi produk telah menemukan tempatnya dan branding produknya (Jamu An Nuur) telah mendunia, bukan hal yang mustahil keuntungan secara materi menjadi haknya. Terbukti, dengan jamu rajikannya telah menghantarkannya ke tanah suci. Ibadah umroh beberapa kali. Bukan hanya itu, kekayaan materi pun telah dimiliki. Ujungnya, sebuah industri kini telah dibangunnya.
Ya, hanya dengan memanfaatkan sumber kekayaan alam sendiri.
Tentu bukan Nurfina saja yang berhasil meniti bisnis di bidang kesehatan. Masih banyak sekali pebisnis di jalur ini yang berkibar dengan produknya masing-masing. Varian pun terus bermunculan. Ketika kesehatan telah menjadi kebutuhan, juga menjadi bagian gaya hidup, memancing kejelian orang untuk memanfaatkannya sebagai peluang bisnis. Dan kejelian tersebut bukan melulu dibidang kesehatan. Bidang lain pun tak kalah menarik. Hasilnya? Lahirlah pebisnis-pebisnis sukses di jalur ini. Dan tak menutup kemungkinan, Anda pun akan mengikuti jejak-jejak kesuksesan mereka. (Herbayu/berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar