Pendapatan Grab turun tajam 44% menjadi $122 juta pada kuartal keempat 2021, jauh di bawah perkiraan analis yang awalnya mengira akan di kisaran $ 167 juta– demikian data dari Refinitiv.
Perusahaan unicorn Asia Tenggara, Grab, tampaknya sedang mengalami tantangan yang berat. Penyebabnya, saham Grab anjlok 37% pada minggu pertama Maret 2022 setelah perusahaan ojek online dan pengiriman makanan itu mengumumkan kerugian kuartalan yang lebih dalam dan penurunan pendapatan yang lebih buruk dari perkiraan. Grab memang telah listed (go public) di bursa saham NASDAQ.
Rupanya pendapatan perusahaan itu anjlok, terpukul oleh naiknya biaya promosi dan biaya insentif untuk pengemudi yang melambung. Grab yang berbasis di Singapura memang telah berinvestasi secara agresif dalam meningkatkan insentif untuk menarik pengemudi karena permintaan berbagi perjalanan pulih dari titik terendah pandemi.
Dilaporkan, pada kuartal akhir 2021, pendapatan Grab turun 44% menjadi $122 juta, jauh di bawah perkiraan para analis yang semula diperkirakan di kisaran $167 juta — menurut data Refinitiv. Kerugian Grab menjadi lebih dalam, menjadi $ 1,1 miliar, termasuk biaya yang terkait dengan go public (listing di bursa) tahun lalu. Tahun sebelumnya Grab juga menderita kerugian $ 635 juta.
Saham Grab, awal Maret 2022 ini merosot ke level terendah yang pernah ada setelah investor mengetahui realisasi pendapatan akhir 2021. Para investor telah kehilangan hampir tiga perempat nilainya sejak debut IPO Grab.
Pendapatan dari unit pengiriman Grab yang berfokus pada layanan pesan-antar makanan di negara-negara termasuk Singapura dan Malaysia, kinerjanya juga sangat menurun, anjlok 98% karena perusahaan menggelontorkan uang ke dalam insentif untuk mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar. Selain itu, tampaknya orang mulai lebih banyak orang makan di luar rumah yang itu mengurangi permintaan di platform Grab.
Sementara itu, pendapatan di unit bisnis mobilitasnya, yang menyumbang 86% dari keseluruhan penjualan, juga turun 27% di kuartal IV 2021.
Didirikan pada tahun 2012 sebagai aplikasi taksi regional di Malaysia, Grab yang didukung SoftBank Group mengoperasikan “aplikasi super” yang menyediakan layanan transportasi online, pengiriman makanan dan bahan makanan, mobile banking dan pembayaran di Asia Tenggara.
Di Indonesia khususnya, Grab menghadapi persaingan yang makin intensif dari “aplikasi super” lain, khususnya dari Gojek. Sejauh ini belum banyak diketahui bagaimana kinerja pendapatan Gojek di Indonesia. Namun demikian, dengan merger Gojek dan Tokopedia menjadi GoTo, tampaknya hal itu akan menjadi tantangan yang semakin tidak mudah bagi Grab.
Link Bacaan Lain:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar