Bagi konsumen di Indonesia tentu sangat kenal merek susu Nestle, Dancow, Bear Brand, Milo, dan kopi Nescafe. Semua itu bagian dari produk Nestle yang di Indonesia memang termasuk perusahaan consumer good skala besar dengan omset per tahun triliunan rupiah. Nestle adalah contoh perusahaan consumer good multinasional yang sukses besar di Indonesia — selain Unilever, P&G dan Coca-Cola Company.
Nestle sendiri adalah perusahaan multinasional yang punya anak usaha di puluhan negara lain. Kisah sukses Nestle Group tak lepas dari peran pendirinya, Henri Nestlé. Sejatinya Henri adalah seorang apoteker dari Frankfurt yang mencari nafkah sederhana di Vevey, Swiss. Ia sejak awal merupakan orang yang suka melakukan percobaan dan meniliti untuk melakukan penemuan produk, walaupun skalanya masih kecil-kecilan. Suatu saat ia menemukan celah pasar yang sangat menguntungkan: susu formula, dibuat dari bahan-bahan susu terbaik dari Swiss yang menjadikannya sukses hingga sekarang.
Perjuangan Berat Di Awal
Henri Nestlé tidak sukses dengan serta-merta. Sebelum memulai usaha sendiri di bidang susu, ia pernah berkegiatan menjual aneka produk, mulai dari minyak, pupuk tepung tulang, cuka, minuman keras, timah putih, mustard, air mineral, limun, gas cair, semen. Ia hanya menjual produknya di Vevey. Apoteker ini berusaha terus mencari sumber pendapatan baru dengan produk-produk inovatif untuk masyarakat perkotaan di puncak modernitas sesuai passion-nya. Dia bekerja tanpa henti dan tidak takut mengambil risiko, tetapi ini tidak cukup untuk membuatnya kaya.
Heinrich Nestle, begitu nama aslinya, lahir di Frankfurt, Jerman. Setelah selesai kuliah ia bekerja magang di sebuah perusahaan dan selesai pada tahun 1834. Ia magang sekitar 5 tahun dengan bekerja dan dibayar harian. Kehidupan awal yang tidak mudah untuk mendapatkan kemandirian. Lima tahun kemudian ia memenuhi syarat sebagai asisten apoteker di Lausanne dan mengambil posisi pertamanya sebagai apoteker di Vevey. Namun ia kemudian tertarik mendirikan bisnisnya sendiri pada tahun 1843.
Meski ia lahir di Jerman namun ia belajar bahasa Prancis dan bahkan mengubah namanya menjadi nama orang tua angkatnya yang Perancs: dari nama aslinya Heinrich Nestle menjadi Henri Nestlé. Namun, berintegrasi ke dalam komunitas lokal tidak sesederhana itu. Selama beberapa dekade ia harus bertahan hanya dengan izin tinggal sementara. Secara finansial juga, dia berada dalam situasi yang agak genting. Produk yang ia jual awalnya tidak terjual dengan baik dan skala ekonominya tidak cukup. Pabrik produksinya yang kecil jauh dari produksi massal skala industri. Ia pernah hidup di sebuah masa yang pendapatannya hanya cukup untuk survive.
Bisnis Utamanya Ia Temukan Di Saat Usia 53 Tahun
Setelah bekerja dan mencoba berbisnis sendiri, nasib baik akhirnya mendatangi Henri Nestle meski mungkin ia bisa disebut agak terlambat dan sudah cukup tua, yakni ketika dia sudah berusia 53 tahun. Bisnisnya ialah menjawab masalah yang saat itu belum bisa diselesaikan oleh masyarakat, yakni bagaimana menemukan masalah yang masih belum terselesaikan dalam memberi makan kepada bayi. Kematian bayi sangat tinggi pada saat itu, dan diyakini bahwa alternatif ASI yang sehat dan bermutu tinggi akan menyelamatkan nyawa bayi yang tak terhitung jumlahnya.
Ia kemudian mempelajari analisis kimia yang ada pada ASI dan melakukan berbagai eksperimen di labnya dengan susu, roti, dan gula. Dia memadatkan, mengeringkan dengan vakum dan menggiling berbagai bahan sampai dia menemukan formula yang tepat. Darisana ia meluncurkan ‘Tepung anak-anak’ tepatnya pada tahun 1867.
Selama fase percobaan, Nestlé memberi susu formula barunya yang larut dalam air kepada balita. Ya, dia perlahan-lahan tertarik pada makanan dan bahan makanan, bereksperimen dengan berbagai resep makanan bayi untuk membantu ibu yang tidak dapat menyusui, dan akhirnya menemukan ramuan yang dia sebut farine lactée.
Pada tahun 1867, ia memberi makan ini kepada seorang bayi laki-laki prematur yang ibunya sendiri sedang sakit parah. Bocah itu selamat, dan dari sana reputasi Henri Nestlé melejit. Berita tentang ‘produk ajaib’ dengan cepat menyebar ke seluruh area danau Jenewa. Bidan, ibu, dan perawat dengan penuh semangat membeli produk itu, dan Nestlé dibanjiri pesanan: 8.600 kaleng diproduksi pada tahun 1868, sudah 670.000 pada tahun 1874, dan lebih dari satu juta hanya satu tahun kemudian.
Tahun berikutnya ia membuka kantor di London untuk memenuhi pesanan, dan dalam waktu lima tahun mengekspor ke Amerika Selatan dan Australia. Dari Vevey, produk Nestlé menyebar hingga menjadi fenomena global. Pada tahun 1874, hanya tujuh tahun setelah peluncuran, Henri memiliki jaringan distribusi sendiri dan agen Nestlé lokal di 18 negara. Hanya dalam beberapa tahun, Henri Nestlé berhasil menciptakan merek global dengan logonya sendiri. Ide untuk merek dagang sarang burung berasal dari lambang keluarga Nestle (berarti ‘sarang kecil’ dalam dialek Swabia).
Kiprah bisnis Nestle kemudian tak terbendung dengan melakukan banyak akuisisi perusahaan lain. Contohnya, Nestlé kemudian mengakuisisi Susu Kental Anglo-Swiss pada tahun 1905, dan pembuat cokelat Peter, Cailler dan Kohler – pionir dalam pembuatan cokelat susu – pada tahun 1929. Nestle pun mulai melakukan diversifikasi. Diuntungkan dari surplus besar biji kopi pada tahun 1930-an, Nestlé meluncurkan kopi instan pertama di dunia – Nescafé – pada tahun 1938. Kemudian juga mengakuisisi produsen makanan olahan Maggi pada tahun 1947, Crosse & Blackwell pada tahun 1950, dan raksasa makanan beku Findus pada tahun 1963, memperluas jangkauan lebih jauh. Pada pertengahan 1960-an, Nestlé adalah perusahaan terbesar di Swiss, sebuah multinasional besar yang menggabungkan lebih dari 200 pabrik di seluruh dunia, dengan manajemen global masih berbasis di Vevey.
Nestle pun mengakusisi perusahaan kosmetik L’Oréal pada tahun 1974 dan pembuat manisan Inggris Rowntree’s pada tahun 1991, Nestlé mempekerjakan hampir seperempat juta orang, dan membeli lebih dari sepuluh persen dari seluruh tanaman kopi dan biji kakao dunia. Namun, produk yang paling kontroversial, anehnya, produk aslinya: susu formula.
Pensiun Indah
Sangat disayangkan, Henri dan istrinya Clémentine tidak memiliki anak kandung dan menghabiskan hari-harinya di pabrik produksi mereka. Delapan tahun kemudian mereka merasa tidak bisa melakukannya lagi. Sudah sukses dan ingin istirahat. Pada tahun 1875 Henri Nestlé menjual pabriknya – kesepakatan yang mencantumkan namanya, merek dagang sarang burung walet, dan tanda tangannya, yang menjamin kualitas produknya.
Nestlé menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya sebagai tuan tanah yang kaya, selalu berpakaian putih, dan sering terlihat di keretanya di sekitar kebun anggur di tepi Danau Jenewa. Ia menghabiskan musim panas di Glion dan musim dingin di Montreux. “Iklimnya sangat bagus, pohon salam masih tumbuh subur di sana, pemandangannya luar biasa, dan ada banyak penginapan. Singkatnya, “menemukan tempat yang lebih baik di bumi untuk menikmati hidup dengan damai,”.
Warisan yang ia tinggalkan, Nestle Group, kini menjadi perusahaan makanan dan minuman multinasional terkemuka secara global. Nestlé masih memiliki kantor pusat di Vevey, Swiss.Di Indonesia pun Nestle termasuk pemain besar. Pada tahun 2016 sebuah museum dibuka di lokasi pabrik asli untuk merayakan ulang tahun ke 150 perusahaan. Lokasi ini dibangun untuk menghormati pendiri dan wirausahawan perintis perusahaan itu, Henri Nestlé.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar