Sabtu, 30 Juli 2022

Ilmu Entrepreneurship: JALAN MENUJU HARAPAN

JALAN MENUJU HARAPAN

Saudaraku, sidang pembaca yang kami hormati, setiap manusia dituntut untuk selalu belajar bila ia berharap akan kemajuan dan meningkatnya kualitas hidupnya. Dan adalah sesuatu yang sangat wajar apabila dalam proses belajar tersebut ia kemudian melakukan berbagai kesalahan. Dan diantara sebaik-baik manusia adalah orang yang mau belajar dari kesalahan yang ia perbuat, lalu ia berusaha dengan sekuat tenaga untuk mampu berbuat lebih baik dan terlepas dari kesalahan atau berbuat salah.

Majalah Pengusaha Muslim masih berumur dalam hitungan bulan, kami pun berusaha dengan sekuat tenaga untuk melakukan pengaturan terhadap arah tujuan dan harapan majalah ini diterbitkan. Suatu ketika majalah ini mengangkat sebuah sebuah susunan kalimat “Sukses Dunia Akhirat” sebagai visi. Sebuah visi yang mungkin terlalu luas maknanya untuk sebuah harapan terbitnya sebuah majalah. Dan di lain waktu kemudian, terbesitlah sebuah ide untuk mengedepankan peluang, strategi dan syariah sebagai visi majalah ini. Memang kemudian kami pun memilih visi “Peluang, Strategi dan Syariah” sebagai visi majalah kami.

Peluang, tentunya harapan kami adalah majalah ini mampu memberikan informasi luas tentang berbagai peluang bisnis yang ada. Strategi, harapan kami adalah majalah ini mampu memberikan arahan dan bekal dalam melakukan berbagai aktivitas bisnis. Baik menyangkut strategi marketing, SDM, hingga keuangan. Sedangkan syariah, tak pelak lagi harapan kami adalah agar para pembaca sekalian terbekali dengan wawasan ilmiah yang bersumberkan kepada Al-Quran dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman Rasulullah dan para sahabat beliau. Bisnis yang tidak dituntun dengan dasar syariah, tentu akan banyak melanggar syariah. Pelanggaran syariah akan berakibat kepada tidak berkahnya aktivitas bisnis kita. Tidak berkah bukan berarti bisnis tersebut gagal, namun lebih kepada bermakna tidak akan memberikan kita kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Sidang pembaca yang budiman, itulah harapan-harapan kami, untuk menuju kesana bukanlah sebuah usaha yang ringan. Sangat dibutuhkan kesabaran, keteguhan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu kami sangat berterima kasih kepada para pembaca sekalian yang hingga saat ini masih memberikan dukungannya dalam berbagai bentuk. Semoga Allah membalas amal baik sidang pembaca sekalian. Amin
Ya Rabbal ‘Alamin.

Pengantar majalah pengusaha muslim edisi 2 vol 1

Ilmu Entrepreneurship: SIAPA MENANAM DIA MENUAI

SIAPA MENANAM DIA MENUAI oleh Ust. Muhammad Abu Tuasikal, S.T.

*(Sebuah tulisan di majalah pengusaha muslim edisi 2 vol 1) pernah dimuat di web muslim)*

Kita mungkin pernah mendengar peribahasa ini, “Siapa yang menanam, dia yang akan menuai.” Maksudnya, jika seseorang menanam sesuatu, maka ia akan menuai hasil dari sesuatu yang ditanam tersebut. Berikut ini beberapa contoh dalam Al Qur’an dan hadits yang menceritakan maksud dari peribahasa tersebut.

Menjaga Hak Allah, Menuai Penjagaan Allah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengajarkan pada Ibnu ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma– sebuah kalimat,

احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ

Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.[1]

Yang dimaksud menjaga Allah di sini adalah menjaga batasan-batasan, hak-hak, perintah, dan  larangan-larangan Allah. Yaitu seseorang menjaganya dengan melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, dan tidak melampaui batas dari batasan-Nya (berupa perintah maupun larangan Allah). Orang yang melakukan seperti ini, merekalah yang menjaga diri dari batasan-batasan Allah. Yang utama  untuk dijaga adalah shalat lima waktu yang wajib. Dan yang patut dijaga lagi adalah pendengaran, penglihatan dan lisan dari berbagai keharaman. Begitu pula yang mesti dijaga adalah kemaluan, yaitu  meletakkannya pada yang halal saja dan bukan melalui jalan haram yaitu zina.[2]

Barangsiapa menjaga diri dengan melakukan perintah dan menjauhi larangan, maka ia akan mendapatkan dua penjagaan.

Penjagaan pertama: Allah akan menjaga urusan dunianya yaitu ia akan mendapatkan penjagaan diri, anak, keluarga dan harta.

Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Barangsiapa menjaga (hak-hak) Allah, maka Allah akan menjaganya dari berbagai gangguan.” Sebagian salaf mengatakan, “Barangsiapa bertakwa pada Allah, maka Allah akan menjaga dirinya. Barangsiapa lalai dari takwa kepada Allah, maka Allah tidak ambil peduli padanya. Orang itu berarti telah menyia-nyiakan dirinya sendiri. Allah sama sekali tidak butuh padanya.”

Jika seseorang berbuat maksiat, maka ia juga dapat melihat tingkah laku yang aneh pada keluarganya bahkan pada hewan tunggangannya. Sebagaimana sebagian salaf mengatakan, “Jika aku bermaksiat pada Allah, maka pasti aku akan menemui tingkah laku yang aneh pada budakku bahkan juga pada hewan tungganganku.”[3]

Penjagaan kedua: Penjagaan yang lebih dari penjagaan pertama, yaitu Allah akan menjaga agama dan keimanannya. Allah akan menjaga dirinya dari pemikiran rancu yang bisa menyesatkan dan dari berbagai syahwat yang diharamkan.[4]

Semoga dengan menjaga hak-hak Allah, kita semua bisa menuai dua penjagaan ini.

Berlaku Jujur, Menuai Kebaikan

Dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud, ia menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.[5]

Terkhusus lagi, beliau memerintahkan kejujuran ini pada pedagang karena memang kebiasaan para pedagang adalah melakukan penipuan dan menempuh segala cara demi melariskan barang dagangan.

Dari Rifa’ah, ia mengatakan bahwa ia pernah keluar bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ke tanah lapang dan melihat manusia sedang melakukan transaksi jual beli. Beliau lalu menyeru, “Wahai para pedagang!” Orang-orang pun memperhatikan seruan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil menengadahkan leher dan pandangan mereka pada beliau. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ التُّجَّارَ يُبْعَثُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فُجَّارًا إِلاَّ مَنِ اتَّقَى اللَّهَ وَبَرَّ وَصَدَقَ

Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan pada hari kiamat nanti sebagai orang-orang fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertakwa pada Allah, berbuat baik dan berlaku jujur.[6]

Berlaku jujur juga akan menuai berbagai keberkahan. Yang dimaksud keberkahan adalah tetapnya dan bertambahnya kebaikan. Dari sahabat Hakim bin Hizam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا – أَوْ قَالَ حَتَّى يَتَفَرَّقَا – فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا ، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا

Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu.[7]

Inilah buah yang dipetik dari pedagang yang tidak berlaku jujur. Sedangkan sebaliknya jika pedagang bisa berlaku jujur, maka ia pun akan menuai berbagai kebaikan dan keberkahan.

Mudah Memaafkan dan Tawadhu’, Menuai Kemuliaan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ رَجُلاً بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

Sedekah tidak mungkin mengurangi harta. Tidaklah seseorang suka memaafkan, melainkan ia akan semakin mulia. Tidaklah seseorang bersikap tawadhu’ (rendah diri) karena Allah, melainkan Allah akan meninggikan derajatnya. “[8]

Seseorang yang selalu memaafkan akan semakin mulia dan bertambah kemuliaannya. Ia juga akan mendapatkan balasan dan kemuliaan di akhirat. Begitu pula orang yang tawadhu’ (rendah diri) karena Allah, ia akan ditinggikan derajatnya di dunia, Allah akan senantiasa meneguhkan hatinya dan meninggikan derajatnya di sisi manusia, serta kedudukannya pun akan semakin mulia. Di akhirat pun, Allah akan meninggikan derajatnya karena ketawadhu’annya di dunia.[9]

Berperilaku Baik, Menjadi Teman Akrab

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (34) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (35)

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS. Fushilat: 34-35)

Sahabat yg mulia, Ibnu ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma– mengatakan, “Allah memerintahkan pada orang beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat marah, membalas dengan kebaikan jika ada yang buat jahil, dan memaafkan ketika ada yang buat jelek. Jika setiap hamba melakukan semacam ini, Allah akan melindunginya dari gangguan setan dan akan menundukkan musuh-musuhnya. Malah yang semula bermusuhan bisa menjadi teman dekatnya karena tingkah laku baik semacam ini.”

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Namun yang mampu melakukan seperti ini adalah orang yang memiliki kesabaran. Karena membalas orang yg menyakiti kita dengan kebaikan adalah suatu yang berat bagi setiap jiwa.”[10]

Menolong dan Memudahkan Sesama, Menuai Pertolongan dan Kemudahan dari Allah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ

Barangsiapa meringankan sebuah kesusahan (kesedihan) seorang mukmin di dunia, Allah akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan urusan seseorang yang dalam keadaan sulit, Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutup ‘aib seseorang, Allah pun akan menutupi ‘aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut menolong saudaranya.[11]

Di antara bentuk pertolongan di sini adalah seseorang memberikan kemudahan dalam masalah utang. Ini bisa dilakukan dengan dua cara. Cara pertama, memberikan tenggang waktu pelunasan dari tempo yang diberikan, ini hukumnya wajib. Karena Allah Ta’ala berfirman,

وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ

Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan.” (QS. Al Baqarah: 280). Cara kedua, dengan memutihkan hutang tersebut, dan ini dianjurkan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 280)

Berkebalikan dari sikap baik ini adalah mengenakan riba pada saudaranya yang menunda utang. Ini adalah berkebalikan dari memberi kemudahan. Maka tentu saja orang yang memberi kesulitan pada saudaranya akan menuai hasil yang sebaliknya.

Usaha disertai Tawakkal akan Menuai Hasil

Dari Umar bin Al Khoththob radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً

Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.”[12] Burung ini melakukan usaha dan bertawakkal pada Allah, akhirnya ia pun kenyang ketika pulang di sore hari. Ini berarti tanpa usaha, tidak akan memperoleh hasil apa-apa. Dan usaha tanpa tawakkal, hanya akan memperoleh sekadar yang Allah takdirkan. Yang tepat adalah usaha disertai tawakkal, niscaya hasil memuaskan yang akan dituai.

Berbuat Curang, Menuai Berbagai Musibah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلاَّ أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الْمَؤُنَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ

Dan tidaklah mereka berbuat curang ketika menakar dan menimbangm melainkan mereka akan ditimpa kekeringan, mahalnya biaya hidup dan kelaliman para penguasa.[13]

Jadi ingatlah, setiap yang kita tanam -baik kebaikan maupun kejelekan-, pasti kita akan menuai hasilnya. Oleh karenanya, bersemangatlah dalam menanam kebaikan dan janganlah pernah mau menanam kejelekan. Para ulama seringkali mengutarakan, “Balasan dari kebaikan adalah kebaikan setelahnya. Sedangkan balasan dari kejelekan adalah kejelekan setelahnya.”[14]

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.


[1] HR. Tirmidzi no. 2516 dan Ahmad 1/303. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.

[2] Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 223-224.

[3] Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 225-226.

[4] Faedah dari Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 224-226.

[5] HR. Muslim no. 2607.

[6] HR. Tirmidzi no. 1210 dan Ibnu Majah no. 2146. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib 1785 mengatakan bahwa hadits tersebut shahih lighoirihi (shahih dilihat dari jalur lainnya).

[7] HR. Bukhari no. 2079 dan Muslim no. 1532.

[8] HR. Muslim no. 2588, dari Abu Hurairah.

[9] Al Minhaj Syarh Muslim, 16/141-142.

[10] Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 12/243.

[11] HR. Muslim no. 2699, dari Abu Hurairah

[12] HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al Hakim. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no.310.

[13] HR. Ibnu Majah no. 4019. Syaikh Al Albani mengatkan bahwa hadits ini hasan.

[14] Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14/372 [Tafsir Surat Al Lail ayat 7]

BISNIS EKSIS SAAT BADAI KRISIS

BISNIS EKSIS SAAT BADAI KRISIS
Eksistensi suatu bisnis memang sebuah tantangan yang menarik dalam dunia entrepreneurship. Eksistensi ini sering lebih menantang daripada memulai suatu bisnis. Hal ini karena persaingan yang bebas saat ini tengah bergulir dengan derasnya. Faktor eksternal lain seperti krisis juga telah menjadi sejarah panjang tantangan eksistensi ini. Artikel majalah pengusaha muslim edisi 2 volume 1 ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan kita tentang eksistensi dan krisis.

***

Tidak ada satu negara pun di dunia ini yang kebal krisis ekonomi. Amerika yang dikenal sebagai negara digdaya yang juga menjadi tempat berkantornya Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia pun merasakan krisis seperti yang dialami Indonesia.

Malah, nilai kerugian akibat krisis keuangan di AS jauh lebih besar. Dampaknya juga lebih luas dibandingkan krisis di Indonesia tahun 1998 lalu. Krisis memang akan selalu datang dan pergi disiklus kehidupan berbisnis,seperti layaknya hukum alam.

Fenomena lumrah ketika krisis melanda ialah nilai mata uang jatuh dan harga melambung tinggi, sehingga mengakibatkan produksi menjadi terseok-seok. Bahkan sebagian industri berhenti beroperasi. Daya beli masyarakat terhadap program tertentu pun ikut terjun bebas. Biaya produksi dan pengeluaran lainnya dibatasi hingga seminimal mungkin. Sementara disaat yang sama, pegawai didorong untuk “menghasilkan” hingga titik maksimal. Ujung-ujungnya, genderang merumahkan karyawan pun ditabuh. Permasalahan kian rumit ketika, serikat pekerja bersiap-siap dengan unjuk rasa pesangon atau kenaikan gaji.

Beruntung, Indonesia menjadi satu dari tiga negara di dunia yang mampu bertahan dari terpaan krisis ekonomi global. Kuncinya, perekonomian nasional ditopang oleh usaha kecil dan menengah (UKM) yang masih menggeliat saat krisis. Berkat UKM perekonomian nasional masih tumbuh positif. Dari data yang dimiliki Depdag, 90 persen kegiatan usaha di Indonesia ternyata ditopang oleh UKM. Diwaktu kondisi ekonomi tidak terkendali, perekonomian Indonesia tetap tumbuh walau tidak besar. Yakni, 3-4 persen karena ditopang UKM.

Pun demikian, harus diakui, badai krisis telah membawa konsekuensi tersendiri bagi dunai bisnis. Salah satunya ialah banyaknya bisnis yang bertumbangan. Tapi, bukan berarti semua bisnis akan terseret krisis lantas kolaps. Tetap saja ada bisnis yang eksis, meski membutuhkan perhatian yang ekstra. Boleh jadi jenis bisnis tersebut sebenarnya dapat hancur oleh krisis, namun lantaran pebisnisnya tahan banting maka bisnisnya tetap kuat bertahan. Atau, sebenarnya bisnis tersebut kena imbas dari krisis, namun ketika ketergantungan pasar sangat tinggi terhadap bisnis tersebut maka tetap saja bisa bertahan. Memang, masing-masing pebisnis memiliki reaksi yang berbeda-beda kala krisis melanda. Namun, dari semua reaksi itu, hanya ada dua hasil yang akan diterima, yaitu kesuksesan atau kegagalan!

Membicaran krisis tentu sangat penting. Namun, jauh dari itu bagaimana sikap yang seharusnya bisa dilakukan saat menghadapi masa-masa krisis itulah yang lebih penting. Termasuk bagaimana memaknai krisis itu sendiri. Sebagaimana pepatah bijak mengatakan “kita tidak bisa mengendalikan angin, tetapi kita bisa mengendalikan perahu yang kita tumpangi”. Krisis global merupakan kondisi yang penuh ketidakpastian, karena tidak dapat memprediksi secara pasti mengenai apa yang terjadi dimasa depan. Bisnis yang masih eksis saat ini tidak menjadi jaminan bahwa bisa terus going concern atau terus eksis. Karena itu, menghadapi krisis memerlukan penyikapan yang ekstra. Semisal, mengembangkan strategi baru. Mengingat setiap krisis memberi dampak yang berbeda, sehingga bisnis jelas membutuhkan strategi baru yang lebih relevan. Di samping mencari celah adanya peluang-peluang baru.

Atau melakukan restrukturisasi. Krisis global yang memukul begitu kuat bukan tidak mungkin memojokkan
bisnis, sehingga perlu untuk melakukan restrukturisasi. Yakni, merupakan upaya mengorganisasi dan menstruktur ulang bisnis Anda supaya bisa kembali mencetak untung. Talent management juga merupakan hal yang tidak boleh terlupakan, sekalipun dalam kondisi krisis. Krisis berpotensi untuk menurunkan semangat dan produktivitas karyawan, sehingga perusahaan harus menjalankan upaya-upaya positif demi mempertahankan karyawan, seperti reward dan recognition yang sesuai. Melalui talent management yang baik, diharapkan karyawan dapat memberikan pelayanan yang baik juga terhadap pelanggan.

Ketidakpastian kondisi perekonomian global juga menjadi tantangan tersendiri bagi pemimpin bisnis. Oleh karena itu, dibutuhkan scenario planning untuk mengukur risiko-risiko apa saja yang mungkin terjadi dimasa depan. Ketika peristiwa tersebut benar terjadi, maka dapat diambil keputusan yang tepat. Dengan fokus ada kekuatan dan peluang yang ada serta tonggak kepemimpinan yang kuat, maka bisnis akan dapat bertahan, meskipun perekonomian sedang dirundung krisis. Tentu, masih banyak cara dan strategi yang bisa dilakukan untuk menyiasati bisnis agar tetap eksis dikala krisis.

Hanya saja, sebenarnya di tengah badai krisis yang melanda ada hikmah yang bisa diambil. Yakni, menemukan celah peluang bisnis yang sekiranya memiliki daya ketahanan yang kuat disaat krisis melanda. Minimal, bisnis tetap eksis meski imbas krisis memberi pengaruh negatif. Apa jenis bisnis tersebut? Yang pasti bisnis yang terkait kebutuhan dengan masyarakat. Dengan kata lain, ketergantungan masyarakat
akan produk dari bisnis tersebut akan selalu ada, walapun disaat krisis . Bahkan, inilah dasar bisnis yang paling dianjurkan. Pasalnya, orang akan mudah dan rela mengeluarkan uangnya untuk sesuatu yang dibutuhkannya. Tapi, jangan sampai situasi krisis justru dijadikan sarana untuk mengeruk keuntungan dengan cara dholim. Artinya, memanfaatkan keadaan yang sulit dengan memainkan harga yang terlalu ekstrem.

Contoh bisnis tersebut ialah bisnis pendidikan, kesehatan, IT/telekomunikasi, kuliner (makanan), dan consumer goods (kebutuhan pokok). Tentu masih ada beberapa jenis bisnis lain yang juga tahan krisis. Lima bisnis tersebut hampir dipastikan pasar membutuhkannya. Sebab, menjadi kebutuhan primer yang bisa dibilang harus segera dipenuhi kepemilikannya. Tak peduli situasi perekonomian stabil atau krisis. Masyarakat akan tetap berusaha mendapatkan kebutuhan tersebut. Bahkan, kadang harus rela berhutang untuk mendapatkannya.

Sebagai gambaran saja, bisnis di sektor pendidikan. Kebutuhan bagi pendidikan sebagai bekal untuk meningkatkan kualitas hidup, jelas penting untuk segera dipenuhi. Pendidikan di sini termasuk berkaitan dengan pendidian ketrampilan. Di saat kompetisi dunia kerja semakin ketat, kualitas pendidikan jelas menjadi pertaruhan yang tak terelakkan. Hampir bisa dipastikan, kompetisi akan selalu dimenangkan oleh orangorang yang siap ilmu dan keterampilan. Terkecuali bila Anda memutuskan diri untuk selalu menerima setiap kekalahan dalam kompetisi tanpa adanya ikhtiar sebelumnya. Ketika semua orang telah menyadari sepenuhnya arti penting pendidikan, maka tren bisnis di jalur ini grafiknya akan terus meningkat. Pada gilirannya, Anda pun masih memiliki kesempatan untuk memilih bisnis ini. Banyak varian bisnis di lini ini. Semisal mendirikan lembaga-lembaga ketrampilan atau kursus hingga pendidikan untuk anak usia dini.

Prospek cerah juga ditunjukkan dari bisnis yang terkait dengan dunia kesehatan. Dalam kondisi sulit pun, ketergantungan pasar akan kebutuhan kesehatan tetap berlangsung. Kesehatan akan tetap menjadi kebutuhanyang menjadi prioritas manusia. Kebutuhan kesehatan ini bukan saja terkait dengan soal mencari sembuh, namun juga termasuk pada ranah penjegahan penyakit atau preventif. Malah ketika kesehatan telah menjadi bagian dari gaya hidup, masyarakat akan semakin peduli dengan perawatan diri. Misal, masyarakat yang berusia produktif (37-55 tahun) mereka ingin lebih sehat, (feel healthier), memperbaiki penampilan (look better), atau memperlambat penuaan (slow down aging). Mereka tidak rela penyakit mencuri usia produktifnya. Ceruk untung pun bisa didulang dari bisnis ini. Semisal mendirikan apotek, klinik kesehatan-kecantikan, rumah sakit, sanggar kebugaran, atau mengambil jalur perdagangan obat tradisional yang akhir-akhir ini makin laris manis; herbal atau jamu-jamuan. Pilihan-pilihan dari sektor bisnis kesehatan ini pun, dipastikan akan tetap memiliki pasar.

Pun halnya dengan sektor bisnis IT/komunikasi, kuliner (makanan) dan consumer goods atau kebutuhan pokok. Masing-masing tetap dibutuhkan dan dicari masyarakat. Oleh sebab itu, bisnis di sektor-sektor ini selalu bisa bertahan dalam situasi apapun. Malah bisa bersaing ketat. Singkatnya, bisa dikatakan bisnis-bisnis jenis di atas relatif lebih tangguh dibanding dengan jenis bisnis lain. Sekali lagi, meski jenis bisnis tersebut tangguh hanya saja semua berpulang pada pengelolanya. Jenis bisnis boleh saja tahan krisis, namun jika pengelolanya tidak tahan banting maka akan sama saja.

Justru dalam kondisi krisis inilah, kemampuan pebisnis diuji. Bagaimana mengendalikan bisnis yang diancam badai krisis. Sekalipun terdapat bisnis yang produknya senantiasa dibutuhkan oleh konsumen, tapi kegigihan seorang pebisnis untuk berusaha, menjadi syarat bagi keberlangsungan bisnis. Bila tidak bisa menyikapi dengan bijak, bukan tidak mungkin bisnisnya akan jatuh. Salah satu kuncinya ialah tahan banting. Bila syarat ini belum dipenuhi, maka seseorang belum menjadi pebisnis sesungguhnya. Karena, seorang pebisnis akan menghadapi fase sukses dan gagal. Siklus yang akan menjadi hal tidak bisa dihindari. Maka, seorang pebisnis harus belajar untuk senantiasa mampu mempertahankan bisnisnya walau dalam terjangan berbagai masalah.

Banyak cara memupuk bekal Anda agar menjadi pebisnis yang tangguh, ulet dan tahan uji. Memperluas cakrawala pengetahuan sebelum memulai bisnis, menjadi syarat mutlak yang tak mungkin dihindari. Mengasah diri dengan berbagai ketrampilan sekaligus sharing dengan para pebisnis yang berpengalaman adalah bekal yang riil dibutuhkan. Selain itu, membina jaringan kerja atau networking dengan berbagai sektor, yang terkait maupun tidak, pada bisnis yang akan ditekuni. Jaringan kerja ini akan memiliki peran yang signifikan bagi kepentingan dunia bisnis. Tentu masih banyak cara atau bekal yang bisa dipelajari guna menjadi seorang pebisnis yang tangguh. Dan itu semua dapat Anda pelajari dalam berbagai literatur yang bisa dijumpai di media, bukubuku, atau jurnal-jurnal. Berguru langsung dengan pengusaha yang berpengalaman di dunia bisnis pun lebih afdol. Tinggal sejauhmana kemauan Anda untuk bertanggung jawab atas pilihan yang telah Anda tetapkan. Menjadi seorang pengusaha.

Setelah Anda cukup bekal, maka gilirannya adalah  menentukan jenis bisnis yang sekiranya bisa Anda  jalankan. Syukur-syukur, bisnis tersebut memiliki daya tahan yang kuat terhadap situasi apapun. Dan pasar memiliki ketergantungan berkelanjutan atas produk yang Anda jual. Oleh karenanya, dalam menentukan pilihan bisnis tersebut bisa dengan memperhatikan masalah dan kebutuhan masyarakat. Bisnis dengan target orang lain sebagai pangsa pasarnya, tentu wajib bersinggungan dengan kebutuhan pangsa pasar itu sendiri. Jadi, sangat wajar bila melihat peluang bisnis dari apa yang dibutuhkan masyarakat. Artinya, kebutuhan yang memiliki kerelatifan sifat jangka panjang dan memiliki ketahanan maksimal dalam kondisi apapun.

Membangun bisnis yang tahan krisis memang tak mudah. Dalam beberapa literatur yang ada, banyak syarat yang mesti dimiliki untuk membangun bisnis tahan krisis. Baik bagi sosok pengusahanya maupun pilihan usaha atau bisnisnya. Dalam satu pemikiran yang dilontarkan oleh Konosuke Matsushita, seorang pemilik perusahaan elektronik kelas dunia (Matsushita Electronics Industries atau MEI). Ada setidaknya 7
prinsip yang harus dimiliki sebelum membangun bisnis tahan krisis. Diantaranya, kontrubusi pada masyarakat, adil dan jujur, kerjasama dan semangat tim, upya tak kenal lelah untuk perbaikan, sopan dan rendah hati, fleksibel serta bersyukur

Prinsip ini menggabungkan antara karakter pemimpin yang tangguh, kebersamaan tim, humanis namun tidak
meninggalkan kesyukurannya. Buktinya? Ampuh! Di kala krisis melanda pada tahun 1929, perusahaannya tak merumahkan satu pun karywannya. Padahal di saat itu, ada banyak perusahaan yang terpaksa merumahkan karyawannya. Sebut saja General Motor (GM) yang merumahkan karyawannya hampir separuh dari jumlah karyawannya yang berjumlah 92.829 orang. Ketangguhan inilah yang mestinya menjadi
inspirasi bagi Anda. Betapa untuk membangun sebuah bisnis yang tahan krisis mesti berhati-hati dan tidak gegabah. Salah sedikit saja Anda melangkah tanpa perhitungan, maka resiko buruk pun akan Anda alami.

Nah, ketika Anda telah menentukan jenis bisnis tahan krisis lalu literatur mengajarkan Anda untuk menguasai syarat-syarat sebelum berbisnis, tentu Anda telah memiliki gambaran jelas. Menuju kesuksesan di dunia bisnis dengan segala dinamikanya bukan persoalan mudah. Antara kecermatan memilih jenis bisnis, ketangguhan mengelolanya sampai kesiapan mental jika menerima konsekuensi terburuk dari perjalanan bisnisnya. Termasuk dalam ancaman badai krisis. Namun, jangan dijadikan alasan jika krisis sebagai salah satu penghambat atau malah pemberhentian bagi rencana bisnis Anda. Atau menjadi ‘hantu’ yang menakutkan bagi kesuksesan bisnis Anda. Namun, tatap masa depan bisnis Anda dengan keoptimisan. Itulah kuncinya, sekalipun krisis telah menyerang. Sebab, dengan optimis orang dapat melihat peluang disetiap bahaya. (Herbayu/berbagai sumber)

Ilmu Entrepreneurship: ENTREPRENEUR TANGGUH, BISNIS KOKOH

ENTREPRENEUR TANGGUH BISNIS KOKOH
Seorang entrepreneur merupakan pejuang yang harus berusaha untuk menegakkan usaha yang digelutinya. Hal ini membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit. Keahlian dalam menjaga usaha yang telah dimulainya tak kalah seru dengan waktu awal ketika ia merintis usahanya tersebut. Ulasan dari majalah pengusaha muslim ini sangat bermanfaan menambah wawasan kita untuk menjadi entrepreneur tangguh.

***

Sekalipun terdapat bisnis yang produknya senantiasa dibutuhkan oleh konsumen, tapi kegigihan seorang entrepreneur untuk berusaha, tetap menjadi acuan keberlangsungan bisnis. Bisnis apapun akan memiliki siklus yang bisa berubah setiap saat. Kadang, saat kondisi membaik, maka berada di siklus atas. Kadang pula, harus merasakan siklus di bawah tatkala terjadi penurunan omset. Dan, itu menjadi sesuatu yang wajar.

Bisnis memang bisa diprediksi keuntungannya. Daya beli masyarakat tidak selamanya positif. Pada posisi terjadi krisis ekonomi, misalnya, daya beli konsumen menurun. Sekalipun, mereka akan tetap mengkonsumsi
barang-barang yang sifatnya menjadi kebutuhan. Hanya saja, akan tetap terjadi pengurangan pemenuhan terhadap produk yang dikonsumsi. Bila seorang entrepreneur tidak bisa menyikapi siklus ini dengan bijak,
bukan tidak mungkin bisnisnya akan jatuh. Lantaran, dia tidak memilih sikap menyerah dalam  mempertahankan bisnis.

Pribadi yang tahan banting adalah syarat utama bagi seorang entrepreneur. Bila syarat ini belum dipenuhi, maka seseorang belum menjadi entrepreneur sesungguhnya. Karena, seorang entrepreneur akan menghadapi fase sukses dan gagal. Dan, sesungguhnya kegagalan itu adalah proses menuju untuk sukses. Maka, seseorang harus belajar untuk senantiasa mampu mempertahankan bisnisnya walau dalam terjangan berbagai masalah. “Kalau belum dibanting saja sudah pecah, tak usah jadi entrepreneur,” kata Mendiknas,  Muhammad Nuh, saat mengisi Workshop Pendidikan Kewirausahaan di SMK, yang dikutip dari situs resmi Depdiknas.

Untuk itu, Anda perlu senantiasa menjadi entrepreneur tangguh untuk bisa menghadapi berbagai tantangan bisnis. Maju mundurnya bisnis Anda ada di tangan Anda sendiri. Bisnis yang berprospek bagus sekalipun tidak akan maju jika tidak ditangani dengan baik, tanpa campur tangan entrepreneur yang tangguh. Dan, Anda bisa melatihnya dari awal usaha Anda.

Kebingungan yang muncul sebelum memulai usaha adalah tidak memiliki wawasan tentang berbagai hal dalam dunia bisnis. Untuk itu, perluaslah cakrawala pengetahuan Anda sebelum memulai bisnis. Latihlah kekuatan Anda setiap hari dengan belajar dari orang lain, mengikuti berbagai kursus, seminar atau membaca buku tentang kewirausahaan dan tokoh-tokohnya yang berhasil, sehingga bisa menginspirasi dan memotivasi jiwa wirausaha.

Seorang enterpreneur juga harus dibekali dengan kemampuan teknis. jika seseorang ingin mengembangkan
usaha di bidang elektronika, maka minimal dia paham tentang prinsip-prinsip elektronika. Jika seseorang ingin mengembangkan usaha agro, maka dia pun harus mengetahui prinsip-prinsip agro. Intinya ada teknik kemampuan minimal yang terkait dengan lingkup yang mau dikembangkan oleh entrepreneur. Syukur-syukur kalau menguasai berbagai ilmu sehingga bisa menjadi fleksibel.

Sebetulnya sikap fleksibel bisa diartikan pula sebagai sikap adaptif. Sikap fleksibel diperlukan di dunia usaha, karena dari waktu ke waktu, iklim usaha akan mengalami perubahan dan sifatnya sangat kondisional sesuai dengan perkembangan terkini. Seseorang yang fleksibel akan tanggap terhadap keadaan, sehingga perubahan apapun yang terjadi, entrepreneur akan tetap bertahan dengan mencari solusi yang terbaik untuk
mempertahankan usahanya.

Selain pengetahuan, Anda juga perlu membina jaringan kerja dengan berbagai sektor, yang terkait maupun tidak, pada bisnis yang akan Anda tekuni. Jaringan kerja ini akan memiliki andil yang besar untuk memperlancar segala urusan dalam dunia bisnis.

Banyak perusahan besar berkembang dari bisnis yang kecil. Lalu, dia tumbuh menjadi perusahaan besar. Usaha yang tumbuh dari kecil akan cukup mendapat tempaan pengalaman selama perjalanan usahanya sampai menjadi besar dan berhasil berkembang. Maka, Anda jangan berkecil hati bila harus memulai usaha dari nol. Pengalaman-pengalaman bisnis yang Anda dapatkan, jika Anda tetap konsisten, akan menjadi senjata untuk memuluskan bisnis Anda untuk berkembang pesat.

Dalam sebuah bisnis, nilai etika yang harus dipegang adalah kejujuran. Kejujuran dapat menimbulkan respek dari customer atau konsumen usaha Anda. Dengan memegang prinsip kejujuran, seorang entrepreneur dapat bertahan dalam usaha. Bayangkan, jika sebagai entrepreneur “berbakat” menipu konsumen. Misalnya, memberikan informasi yang menyesatkan tentang produk yang dijualnya. Sangat mungkin usaha tersebut tidak akan bertahan lama. Konsumen akan beralih ke tempat lain, walaupun produk yang Anda jual adalah
barang yang dibutuhkan konsumen secara rutin. Oleh karena itu, jika ingin menjadi entrepreneur tangguh, prinsip kejujuran amat berharga sebagai modal awal.

Elemen penting dalam mentalitas seorang entrepreneur tangguh adalah mengakui jika memiliki kesalahan. Terkadang manusia tidak menyadari jika dirinya tidak sempurna dan memiliki banyak kesalahan. Dalam dunia entrepreneur, lebih baik mengakui kesalahan langkah dan memperbaikinya, dibanding terus menjalankan usaha dalam konsep yang salah. Untuk mempertimbangkan salah atau benar langkah yang dilakukan, Anda bisa melakukan komunikasi dengan orang yang terlibat dalam usaha. Bisa juga dengan melakukan pengamatan dan observasi secara periodik terhadap usaha yang dilakukan.

Namanya juga entrepreneur, maka Anda perlu selalu kreatif dan inovatif. Ini adalah prinsip dasar yang harus dimiliki entrepreneur. Anda harus kreatif menemukan ide-ide baru yang belum tergarap. Atau, Anda meracik dari inovasi yang sudah ada dan mengembangkannya menjadi sebuah inovasi baru. Setelah usaha berjalan, seorang entrepreneur harus terus mengembangkan ide-ide kreatifnya demi kemajuan usaha atau diversikasi usahanya. Karena itu, perlu selalu melihat dan mencoba peluang baru.

Sikap positif, merupakan kiat sukses lain dalam memulai  sebuah usaha. Yakinkan diri Anda, bahwa dengan membuka usaha, Anda akan mampu memiliki penghasilan setiap hari dan lebih besar dari sebelumnya. Lupakan kelemahan-kelemahan diri yang bisa menghalangi kemajuan dalam berbisnis. Bersikaplah sabar, tidak pantang menyerah, terus belajar, dan selalu melihat permasalahan secara positif.

Pada umumnya masyarakat menghormati seseorang yang berhati-hati dan bijaksana dengan masa depan. Sikap kehati-hatian barangkali tidak bermasalah, namun akan menjadi pokok permasalahan bila menyebabkan hilangnya peluang bisnis yang ada di depan mata. Prinsip dalam menjalankan usaha harus berani gagal, namun sekaligus optimis bahwa usaha akan berhasil.

Anda pun akan menyadari jika kesuksesan itu diperoleh dengan penuh perjuangan dan pengorbanan. Anda tidak akan mundur kalau Anda berhasil mengubah mindset (cara berfikir) Anda. Jatuh bangun dalam dunia bisnis itu biasa. Namun sekali jatuh, Anda akan bangun menjadi lebih kuat. Anda mungkin akan mengalami kurang tidur, kekhawatiran gagal, sakit kepala atau maag, dan menanggung risiko bisnis. Namun setelah bisa
melewati semua itu, Anda akan terbiasa.

Bersamaan dengan pengalaman dan proses belajar tersebut, Anda akan lebih matang dan percaya diri menghadapi berbagai kondisi. Pengusaha sukses adalah mereka yang berhasil melewati beberapa kendala ketika bisnis mereka baru mulai. Dan, setelah itu, mampu membesarkannya. Mereka adalah orang yang pantang menyerah, mampu bertahan, dan tetap bersemangat. (Ilham/berbagai sumber)

LIMA SEKTOR BISNISBISNIS TAHAN KRISIS


LIMA SEKTOR BISNIS TAHAN KRISIS
Krisis ekonomi merupakan pukulan bagi para pengusaha yang melakoni bisnisnya. Tak hanya melumatkan bisnis kecil tapi juga menghentak pebgusaha senior dan telah sukses. Banyak perusahaan terkenal yang kita dengar gulung tikar ketika badai krisis melanda. Artikel majalah PM volume 2 edisi 1 ini menyuguhkan bisnis-bisnis yang mampu bertahan dengan peluangnya dalam menghadapi krisis

 ***

Benarkah ada bisnis yang tahan krisis? Bisa dibilang tidak ada. Setiap bisnis akan menemui siklus hidupnya. Kadang di atas, stagnan, atau di bawah. Ketika bisnis tidak bisa dikendalikan lagi daur hidupnya, maka runtuhlah aktivitas bisnis. Apalagi, bila secara makro, dunia diterjang krisis ekonomi.

Harga-harga naik, dan kemampuan membeli konsumen berkurang. Maka, bisnis jadi lebih cepat ambruknya.
Beruntung, Indonesia menjadi satu dari tiga negara di dunia yang mampu bertahan dari terpaan krisis ekonomi global. Kuncinya, perekonomian nasional ditopang oleh usaha kecil dan menengah (UKM) yang masih menggeliat saat krisis. Berkat UKM perekonomian nasional masih tumbuh positif. Dari data yang dimiliki Depdag, 90 persen kegiatan usaha di Indonesia ternyata ditopang oleh UKM. Diwaktu kondisi ekonomi tidak terkendali, perekonomian Indonesia tetap tumbuh walau tidak besar. Yakni, 3-4 persen, karena ditopang UKM.

Tapi, bukan berarti semua bisnis akan terseret krisis lantas kolaps. Tetap saja ada bisnis yang eksis, meski
membutuhkan perhatian yang ekstra. Boleh jadi jenis bisnis tersebut sebenarnya dapat hancur oleh krisis. Namun, lantaran pebisnisnya tahan banting maka bisnisnya tetap kuat bertahan.

Atau, sebenarnya bisnis tersebut kena imbas dari krisis, namun ketika ketergantungan pasar sangat tinggi terhadap bisnis tersebut maka tetap saja bisa bertahan. Memang, masing-masing pebisnis maupun bisnis itu sendiri memiliki reaksi yang berbeda-beda kala krisis melanda. Namun, dari semua reaksi itu, hanya ada dua hasil yang akan diterima, yaitu kesuksesan atau kegagalan!

Kami menilai, ada lima sektor bisnis yang sekalipun ada krisis ekonomi global, konsumen akan tetap butuh. Yaitu, sektor pendidikan, kesehatan, teknologi dan komunikasi, kuliner, dan kebutuhan pokok (consumer goods). Bisnis yang tahan krisis mengandalkan dari stabilnya permintaan terhadap produk-produk yang dijual. Dan, produk itu senantiasa dicari dalam kehidupan manusia pada umumnya. Misalnya, untuk kebutuhan pokok. Tidak ada manusia yang akan hidup dengan meninggalkan aktivitas makan dan minum. Maka, muncullah di sekitar kita para penjual barang-barang rumah tangga, atau yang disebut kelontong.

Tidak ketinggalan, di negara kita, cukup banyak pedagang kaki lima yang menawarkan aneka makanan
berat maupun camilan. Dan, di sebagian kota, penjual aneka makanan ini malahan digarap untuk membuat potensi wisata kuliner.

Pernahkah Anda ke Solo? Jika Anda melewati kota ini, hampir setiap tempat ada pebisnis makanan. Agar tidak repot mencari kuliner yang tersebar di banyak lokasi, Pemkot Solo menempatkan sebagian PKL di suatu area bernama Solo Langen Bogan (Galabo) yang berlokasi di daerah Gladak. Anda bisa menemui aneka makanan khas Solo di sana. Dan, soal makanan, kata sebuah iklan, memang tidak bisa bohong. Keberadaannya, akan tetap dicari.

Air minum, yang jumlahnya melimpah pun, kini banyak yang mengemasnya sebagai air minum siap saji. Padahal, di awal produksinya dulu, air minum dalam kemasan diragukan akan sukses di Indonesia. Kini, malah banyak orang ramai-ramai membuat usaha air minum isi ulang di tengah banyaknya merk air minum kemasan.

Soal meraih kesejahteraan hidup, muncul kesadaran bahwa orang mesti memiliki pendidikan untuk menunjang kebaikan masa depannya. Anak-anak usia balita pun, bahkan sudah diperhatikan pendidikannya oleh orang tua. Orang tua sadar jika usia satu hingga enam tahun, otak anak mengalami perkembangan pesat. Atau, disebut juga golden age. Dan, di usia inilah yang sangat cocok untuk menanamkan berbagai informasi dan perilaku yang positif.

Muncullah lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) yang mengakomodasinya. Baik itu berbentuk KB, TK, RA, maupun penitipan anak. Dan, penyelenggaranya bukan hanya oleh negara. Banyak PAUD yang diusahakan oleh swasta. Mengingat, prospek bisnis untuk lembaga ini cukup besar. Di Indonesia saja, orang tua yang memasukkan anaknya ke PAUD masih 21 persen. Jumlah ini masih kalah dengan negara tetangga.

Bisnis di dunia telekomunikasi juga terbilang akan mapan sampai lama. Pasalnya, hampir setiap orang saat ini
membutuhkan peralatan telekomunikasi beserta layanannya.

Apalagi, komunikasi secara mobile, menjadi primadona dalam berhubungan secara nirkabel. Pemilik ponsel sekarang jumlahnya jutaan. Dan, angkanya akan bertambah terus. Itu belum ditambah kepemilikan ponsel tiap orang yang kadang lebih dari satu.

Alhasil, bisnis pulsa dan berbagai produk telekomunikasi akan tetap dicari konsumen. Belum lagi, banyak operator yang menawarkan internet murah. Maka, masyarakat pun perlahan mulai melek dunia maya. Akhirnya, mulai banyak orang yang mencari paket internet murah dari operator.

Pasar dari bisnis kesehatan hampir tak ada “matinya”. Pasalnya, kebutuhan akan hidup sehat sudah menjadi
kebutuhan pokok manusia. Ada kecenderungan, hidup sehat sebagai bagian dari gaya hidup pun, tren-nya semakin meningkat. Ini artinya, kesehatan bukan hanya sekadar kebutuhan pokok. Namun, lebih dari itu. Sebagai bagian yang tak bisa terpisahkan dari setiap aktivitas manusia.

Ketergantungan masyarakat akan produk dari berbagai sektor bisnis tersebut akan selalu ada, walapun saat krisis melanda. Bahkan, inilah dasar bisnis yang paling dianjurkan. Pasalnya, orang akan mudah dan rela mengeluarkan uangnya untuk sesuatu yang dibutuhkannya. Tapi, jangan sampai situasi krisis justru dijadikan sarana untuk mengeruk keuntungan dengan cara dzalim. Artinya, memanfaatkan keadaan yang sulit dengan memainkan harga yang terlalu ekstrem.

Sekalipun terdapat bisnis yang produknya senantiasa dibutuhkan oleh konsumen, tapi kegigihan seorang
entrepreneur untuk berusaha, tetap menjadi acuan keberlangsungan bisnis. Bisnis apapun, akan memiliki siklus yang bisa berubah setiap saat. Kadang, saat kondisi membaik, maka berada di siklus atas. Kadang pula, harus merasakan siklus di bawah tatkala terjadi penurunan omset. Dan, itu menjadi sesuatu yang wajar.

Bagi bisnis apapun, perlu pribadi yang tahan banting untuk syarat utamanya. Bila syarat ini belum dipenuhi,
maka seseorang belum menjadi entrepreneur sesungguhnya. Karena, seorang entrepreneur akan menghadapi fase sukses dan gagal. Dan, sesungguhnya, kegagalan adalah proses menuju untuk sukses. Maka, seseorang harus belajar untuk senantiasa mampu mempertahankan bisnisnya walau dalam terjangan berbagai masalah.

Ketidakpastian kondisi perekonomian global menjadi tantangan tersendiri bagi pebisnis. Oleh karena itu, dibutuhkan scenario planning untuk mengukur risiko-risiko apa saja yang mungkin terjadi di masa depan. Ketika peristiwa tersebut benar terjadi, maka dapat diambil keputusan yang tepat.                                    

tonggak kepemimpinan yang kuat, maka bisnis akan dapat bertahan, meskipun perekonomian sedang dirundung krisis. Tentu, masih banyak cara dan strategi yang bisa dilakukan untuk menyiasati bisnis agar tetap eksis di kala krisis. (Ilham/berbagai sumber)

Ilmu Entrepreneurship: TRANSFER ILMU UNDUH DUIT

Transfer ilmu unduh duit. Ilmu itu mahal harganya, begitulah pepatah yang entah darimana pertama kali bermula. Pepatah ini selayaknya kita cermati untuk kondisi saat ini yang memang sangat sesuai dengan pepatah tadi. Setiap jenjang pendidikan terasa kian mahal saja. Mulai dari strata terendah hingga strata tertinggi. Hal ini menjadi peluang bagi pengusaha di bidang pendidikan. Banyak yang sukses karenanya. Untuk itu daripada kita hanya menjadi objek alahkah bijaksana jika kita ikut berkecimpung didalamnya. Bukan dalam artian mensukseskan komersialisasi pendidikan, namun kita mengambil peluang di ranah yang belum tergarap untuk mencerdaskan bangsa ini. Artikel dari najlah pengusaha muslim volume 1 ini sangat menarik untuk diambil pelajarannya. Sembari kita mentransfer ilmu dapat pula kita mendapatkan penghasilan untuk menafkahi keluarga.

***

Pendidikan menjadi kebutuhan manusia untuk berkembang menjadi lebih baik. Apapun ilmu yang dipelajari, kecuali yang haram, akan memberikan manfaat bagi orang yang mempelajari maupun orang lain, yang memperoleh manfaat dari pengaplikasian ilmu. Maka, pendidikan itu amat berharga.

Kebutuhan terhadap pendidikan lembaga pendidikan pun menjadi tinggi. Mulai dari pendidikan formal hingga informal. Semua lembaga ini dibutuhkan masyarakat untuk menunjang pendidikan dan ketrampilannya. Wajar saja bila lembaga pendidikan dari segmen balita sampai dewasa pun ada. Jadi, permintaan konsumen terhadap pendidikan akan senantiasa ada.

Sektor pendidikan menjadi lahan yang empuk untuk digarap dari sisi bisnis. Dari usia balita, misalnya, lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) bisa menjadi pilihan. Kesadaran orang tua terhadap masa tumbuh kembang otak anak, menjadi salah satu alasannya. Pasalnya, anak usia 0-5 tahun (sebagian lain
menyebut sampai usia enam tahun) adalah masa usia emas bagi perkembangan otak.

Stimulasi terhadap otak dibutuhkan pada usia anak-anak. salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan ini menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kecerdasan. Kecerdasan ini meliputi daya pikir, daya cipta, emosi, spiritual, berbahasa atau berkomunikasi, dan sosial.

Bentuk lembaga PAUD ini beragam. Ada playgroup, penitipan anak, kelompok bermain, sampai taman anak-kanak. Yang pasti, siswa yang masuk di PAUD memiliki konsep pembelajaran dengan cara bermain. Konsep belajar yang berkembang sekarang pun sudah banyak menggunakan konsep terbaru, misalnya belajar aktif (active learning), yang tidak hanya menggunakan pembelajaran satu arah.

Ceruk pasar untuk PAUD di Indonesia masih terbuka lebar. Menurut data World Bank melalui web.worldbank.org, disebutkan, orang tua di Indonesia yang mendaftarkan anaknya di PAUD hanya 21 %. Angka ini kalah jauh dengan negara tetangga, yaitu Vietnam 43%, Filipina 27%, Thailand 86%, dan
Malaysia 89%. (Kompas edisi Jawa Tengah, 12/01/2010).

Bagi usia SD hingga SMA, jenis bisnis yang bisa digarap adalah bimbingan belajar atau les. Kadang, orang tua merasa anak-anaknya masih kurang dalam menerima materi pelajaran di sekolah. Akhirnya, anak-anak pun mengikuti les demi mendalami keilmuan. Nah, bagi yang memiliki kemampuan lebih dalam keilmuan formal, anak-anak usia ini bisa menjadi target pasar Anda untuk membuka lembaga bimbingan belajar
(bimbel).

Bimbingan belajar bisa dilakukan dengan cara kelas privat atau pun kelas reguler. Untuk kelas privat, biasanya tentor menemani satu hingga empat dalam bimbingan. Jika bimbingan belajar dilakukan secara kelas reguler, maka dalam sekali bimbingan bisa diikuti oleh lebih dari 10 siswa.

Untuk memperoleh kepercayaan orang tua agar mendaftarkan anaknya ikut les, memang tidak mudah. Harus
ada suatu kelebihan yang Anda tonjolkan, termasuk strategi jitu dalam pemasaran. Misalnya yang dilakukan Yunianto. Alumnus Fakultas MIPA Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Surakarta, ini mengawali usaha bimbingan belajarnya dengan membuka kelas reguler. Dia menjanjikan bahwa yang ikut les adalah para siswa berprestasi dari sekolah yang berada di sekitar tempat usahanya di Kalioso, Sragen.

Benar saja, siswa yang ikut memang memiliki rangking lima besar di sekolahnya. Wow, bagaimana bisa? Ternyata, keberhasilan ini ditopang dengan teknik pemasaran yang unik. Sebagai bimbel baru, Yunianto memberikan surat kepada sekolah-sekolah yang menjadi pangsanya. Isinya, untuk siswa yang memiliki rangking lima besar berhak mendapat diskon bimbingan di lembaganya.

Ternyata, cara ini sangat jitu. Beberapa siswa berprestasi tertarik dengan tawaran itu. Dan, kelas bimbingan pun bisa segera dimulai. Keikutsertaan siswa pandai ini menimbulkan efek psikologis bagi teman-temannya. Mereka jadi tertarik mengikuti bimbingan. Dan, mulailah lembaga bimbel yang diberi nama Nurul Huda ini menjadi dikenal.

Sengaja, Yunianto tidak memakai teknik sebar brosur untuk promosinya. “Strategi seperti itu hanya buang-buang uang dan tidak efektif,” katanya. Kalau untuk kirim surat diskon, Yunianto hanya mengeluarkan uang sekitar Rp 20 ribu. Bayangkan bila harus mencetak brosur.

Pangsa bisnis pendidikan untuk orang dewasa atau masa produktif pun tidak kalah banyaknya. Misalnya, lembaga bahasa asing, saat ini banyak dicari oleh perusahaan yang ingin mengkursuskan karyawannya. Pasalnya, di era globalisasi ini, kebutuhan SDM yang mampu berbahasa asing cukup tinggi. Begitu pula, calon tenaga kerja yang membutuhkan sertifikasi untuk skor TOEFL tidak kalah banyaknya.

Inovasi lembaga bahasa pun tidak melulu menawarkan program bahasa asing. Kursus bahasa daerah, sebenarnya juga bisa dijual. Pangsa yang dituju adalah kaum ekspatriat yang tinggal di Indonesia untuk bekerja. Mengingat lamanya mereka tinggal di suatu wilayah di Indonesia, mereka memerlukan kecakapan untuk berbahasa daerah untuk bersosialisasi dengan sekitarnya.

Lembaga bahasa untuk program bahasa daerah ini sangat cocok dibuka di wilayah yang memiliki para ekspatriat cukup banyak. Misalnya, di Jogja, terdapat sebuah lembaga bahasa yang program utamanya adalah bimbingan bahasa Jawa. Pesertanya memang bule yang ingin berinteraksi dengan masyarakat Jogja. Malahan, program bahasa asing, justru menjadi program sampingan.

Bisnis vokasi yang cukup marak lainnya adalah lembaga pendidikan komputer (LPK). Hampir di setiap kota,
biasanya ada lembaga yang memberikan jasa pelatihan terhadap aplikasi-aplikasi komputer. Barangkali, kursus aplikasi perkantoran adalah program intensif yang paling dicari. Mengingat, ketrampilan berkomputer wajib dimiliki oleh tenaga kerja yang mengisi hampir semua jabatan pada sebuah kantor. Tidak dipungkiri lagi, jika kemampuan menggunakan komputer sangat dibutuhkan saat ini.

Bisa pula, sebagai turunan dalam pembuatan program LPK, dibuat program satu tahun yang setara dengan D1. Seperti yang dilakukan Alfabank Solo, LPK ini menggelontorkan proram perbankan yang ditempuh selama dua semester. Dengan memadukan bersama program komputer intensif, siswanya kini rata-rata mencapai 500 orang per tahun untuk program setahun, dan 400-500 siswa per bulan pada program
intensif.

Munculnya lembaga-lembaga yang terjun di vokasi atau keahlian khusus ini efek dari sulitnya mendapatkan
pekerjaan. Kompetensi dari setiap tenaga kerja, kini menjadi acuan. Gelar tidak terlalu diperhitungkan bila kompetensi tidak bisa diharapkan. Maka dari itu, keahlian khusus, menjadi perhatian bagi orang-orang yang memasuki usia produktif. Walaupun, masih ada juga institusi yang kaku mementingkan gelar kesarjanaan tenaga kerjanya sebagai acuan kompetensi, tanpa memperhatikan penilaian langsung terhadap kompetensinya itu. (Ilham/berbagai sumber)

TAMBANG UANG DARI BISNIS KESEHATAN

Tambang Uang Dari Bisnis Kesehatan. 
Dunia Kesehatan merupakan sebuah ranah yang selalu bersentuhan dengan kehidupan kita mulai dari kelahiran hingga proses setelah meninggal dunia. Memang kesehatan saat ini telah menjadi kebutuhan pokok sehari-hari yang selalu mengikuti kemana manusia bergerak. Karena alasan tersebut dewasa ini menjamur tempat-tempat yang menyajikan pelayanan kesehatan. Pun dengan produk kesehatan dari yang sklala kecil, menengah, hingga yang berkelas. Dari produk herbal hingga kimia sintetis. Peluang dari dunia kesehatan ini diulas secara apik dalam majalah pengusaha muslim volume 1 dengan kemasan komunikatif. Banyak hal disampaikan untuk membuka mata kita sebagai entrepreneur untuk melirik peluang di ranah kesehatan.

***

Di antara banyaknya jenis bisnis yang ada, sektor kesehatan bisa dibilang menjadi bisnis yang bisa bertahan lama. Malah bisa dikatakan bisnis ini tahan krisis. Pasar dari bisnis ini hampir tak ada ‘matinya’. Pasalnya, kebutuhan akan hidup sehat sudah menjadi kebutuhan pokok manusia.

Ada kecenderungan, hidup sehat sebagai bagian dari gaya hidup pun, tren-nya semakin meningkat. Ini artinya, kesehatan bukan hanya sekadar kebutuhan pokok. Namun, lebih dari itu. Sebagai bagian yang
tak bisa terpisahkan dari setiap aktivitas manusia. Nah, bila dilihat dari sisi kacamata bisnis, tentu ada banyak peluang dari sektor ini. Ada banyak pula peran bisnis yang bisa dijalankan. Misal, sebagai tenaga ahli. Di
sini tentu dibekali dengan pendidikan yang tidak murah. Jadi, harus melakukan investasi dalam bentuk sekolah yang menghabiskan waktu beberapa tahun. Tentunya, uang yang dikucurkan tidak sedikit. Makanya,
tenaga ahli akan merasakan hasilnya beberapa tahun mendatang. Yang masuk dalam kategori ini ialah profesi dokter atau sejenisnya.

Ketika peran ini susah dijangkau lantaran biaya yang dibutuhkan tinggi, sekiranya dapat memposisikan sebagai produsen (manufaktur). Mengambil bagian dalam membangun industri. Tentu, ini harus didukung investasi jutaan atau miliaran rupiah untuk membangun pabrik, infrastruktur, hak paten, pengangkutan
barang dan sebagainya.

Bagi yang cekak modal, kedua posisi tersebut mungkin terasa berat. Barangkali, bisa mengambil peran sebagai penjual eceran. Tapi, tetap juga harus menyiapkan beberapa hal. Seperti membayar lisensi, mampu bekerja enam hari seminggu, memiliki strategi iklan dan membayar sejumlah karyawan, serta yang lain. Lagi-lagi, sebuah investasi yang jumlahnya tidak sedikit.

Atau posisi distributor. Distributor adalah bagian rantai bisnis yang paling besar mendapatkan keuntungan, melebihi dari produsen (pembuatnya). Sementara, soal pilihan jenis produk, maka akan banyak dihadapkan ragam produk yang kesehatan yang bisa diperdagangkan. Mulai dari jenis obatobatan, makanan-minuman (nutrisi), alat kesehatan hingga produk jasa. Singkatnya, lini bisnis yang berbasis kebutuhan kesehatan ini tetap menjadi primadona.

Di sisi lain, program kementerian kesehatan baru-baru ini juga memberi celah bisnis tersendiri. Meski bersifat jangka panjang. Program peningkatan pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan kesehatan masyarakat, dengan cara memberikan bantuan operasional kesehatan (BOK) untuk sekitar 8.500 puskesmas di seluruh Indonesia. Jika program ini berhasil, tentu juga akan berimbas pada kesadaran masyarakat akan pentingnya kebutuhan kesehatan. Bukan tidak mungkin, lambat laun hidup sehat akan menjadi gaya hidup di kalangan masyarakat luas. Praktis, seiring dengan kemapanan ekonomi, industri kesehatan akan terus bergerak mengikuti. Disaat yang bersamaan itulah, bisnis dibidang ini pun terus tumbuh.

Masyarakat yang berusia produktif (37-55 tahun) mereka ingin lebih sehat, (feel healthier), memperbaiki
penampilan (look better), memperlambat penuaan (slow down aging), dan ingin mencegah berbagai macam penyakit (prevent diseases). Intinya mereka ingin merawat kesehatannya, mereka tidak rela penyakit mencuri usia produktifnya. Fenomena di atas, bila dilihat dari kacamata peluang bisnis, tentu sangat memberi pengharapan. Menjalankan bisnis kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tidak harus semua dilayani. Cukup mengambil satu jenis layanan, lalu fokus sudah cukup. Tergantung bagaimana strategi
menjalankannya.

Seperti halnya pada tahun 70-an, di mana dunia dikejutkan dengan kehadiran produk microwave. Tahun 80-
an, industri video meledak di pasaran. Sementara, tahun 90-an, giliran industri komputer dan internet merambah dunia. Maka, memasuki abad 21 ini, industri perawatan kesehatan (welIness industry) bukan tidak mungkin akan berganti merajai. Apalagi, pengaruh tekanan pekerjaan, semakin menjadi problematikan hidup yang berujung pada tingginya angka stres. Pola makan yang terlalu longgar tanpa memperhatikan
unsur kesehatan, juga semakin merajalela. Belum lagi polusi semakin tinggi. Hasilnya? Sangat jelas. Beragam penyakit kini ditemui. Malah, cenderung muncul penyakit baru. Fenomena ini, tanpa bisa dipungkiri akan menjadikan bisnis di jalur ini semakin booming. Pun demikian bukan berarti berharap akan lebih banyak masyarakat yang sakit demi berjalannya roda bisnis. Namun, hanya sekadar sarana. Bagian dari ikhtiar
untuk sebuah kesembuhan dari penyakit.

Seiring dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. Termasuk mengerti bahwa lebih baik mencegah daripada mengobati. Bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk berbisnis. Terserah akan memilih posisi sebagai tenaga ahli, produsen atau pengecer. Termasuk jenis produk bisnis yang dipilih. Asalkan dijalankan secara profesional dan terbimbing dari sisi syar’i, tidak menjadi masalah.

Salah satu contoh bisnis di bidang kesehatan ialah mendirikan apotek. Bisnis penyedia beragam obat-obatan
ini memang terbilang strategis. Sebagai bentuk investasi jangka panjang, sekiranya membangun apotek atau toko obat-obatan sangat prospektif. Atau bisa juga memilih bisnis penyedia jasa. Artinya, ketika kesehatan telah disandingkan dengan penampilan fisik. Misal, perawatan kulit, kebugaran tubuh, serta yang lain.

Bisnis kesehatan di jalur alternatif pun bisa jadi pilihan. Misal, menyediakan obat-obatan tradisional, semacam jamujamuan atau herbal. Ada indikasi, potensi bisnis ini semakin menunjukkan tren yang positif. Ketika pengobatan yang selama ini (modern) semakin tak terjangkau secara ekonomis, pengobatan tradisional seakan-akan menjadi alternatif yang sangat pas. Pas khasiat obatnya sekaligus pas duitnya.
Artinya, dari sisi biaya tidak semahal dari pengobatan secara modern. Namun, kemujaraban obatnya tak kalah ampuh untuk mengobati penyakit.

Menilik kisah sukses pebisnis di jalur ini pun telah banyak. Semisal, Prof. Dr. Nurfina Aznam Nugroho, S.U.,Apt. Seperti yang pernah diangkat di majalah ini (Edisi Januari 2010), sosok Nurfina telah menjunjung ‘derajat’ obat tradisional di peta dunia kesehatan internasional. Bagaimana dia mampu mensinergikan antara keilmuan, keahlian dengan kebutuhan pasar. Ketika posisi produk telah menemukan tempatnya dan branding produknya (Jamu An Nuur) telah mendunia, bukan hal yang mustahil keuntungan secara materi menjadi haknya. Terbukti, dengan jamu rajikannya telah menghantarkannya ke tanah suci. Ibadah umroh beberapa kali. Bukan hanya itu, kekayaan materi pun telah dimiliki. Ujungnya, sebuah industri kini telah dibangunnya.
Ya, hanya dengan memanfaatkan sumber kekayaan alam sendiri.

Tentu bukan Nurfina saja yang berhasil meniti bisnis di bidang kesehatan. Masih banyak sekali pebisnis di jalur ini yang berkibar dengan produknya masing-masing. Varian pun terus bermunculan. Ketika kesehatan telah menjadi kebutuhan, juga menjadi bagian gaya hidup, memancing kejelian orang untuk memanfaatkannya sebagai peluang bisnis. Dan kejelian tersebut bukan melulu dibidang kesehatan. Bidang lain pun tak kalah menarik. Hasilnya? Lahirlah pebisnis-pebisnis sukses di jalur ini. Dan tak menutup kemungkinan, Anda pun akan mengikuti jejak-jejak kesuksesan mereka. (Herbayu/berbagai sumber)