Teks anekdot adalah cerita singkat yang mengandung unsur kelucuan yang biasanya mengenai orang penting berdasarkan kejadian sebenarnya. Meskipun terdapat pandangan lain bahwa teks anekdot tidak harus berdasarkan pada kenyataan (Rahmayanti dkk., 2015). Fungsi teks anekdot adalah mengkritik atau menyindir penguasa mengenai kebijakan, pelayanan, kejadian, dan fenomena dengan cara yang lebih menghibur sehingga menarik perhatian khalayak banyak (Setyorini, 2017). Struktur teks anekdot terdiri dari abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda (Kemendikbud, 2013). Berikut adalah penjelasan struktur teks anekdot. Langsung saja kita simak yang pertama:
1. Abstraksi
Abstraksi atau gambaran umum adalah pendahuluan yang menyatakan secara ekslamasif gambaran umum teks anekdot. Biasanya pada bagian ini terdapat hal unik dalam teks anekdot (Warni, 2018; Azis, 2016; Sholekah dan Nuryatin, 2016).
2. Orientasi
Orientasi atau pengenalan adalah bagian yang berisi awal kejadian peristiwa atau konflik utama. Orientasi juga berisi latar belakang bagaimana suatu peristiwa bisa terjadi. Umumnya penulis akan bercerita secara detail pada bagian ini. Orientasi menjadi bagian yang menyebabkan timbulnya krisis (Warni, 2018; Azis, 2016).
3. Krisis
Krisis atau masalah/komplikasi adalah bagian dari inti teks anekdot yang mengandung hal lucu yang menggelak tawa (Warni, 2018). Krisis juga berisi hal yang unik yang terjadi pada penulis atau orang yang diceritakan (Azis, 2016).
4. Reaksi
Reaksi adalah tanggapan atas krisis dalam teks anekdot yang dapat berupa sikap mencela atau menertawakan (Warni, 2018). Reaksi juga dapat mengandung cara penulis menyelesaikan permasalahan dalam krisis (Azis, 2016).
5. Koda
Koda atau penutup adalah bagian penutup yang berisi kesimpulan yang menandai berakhirnya teks anekdot (Warni, 2018). Kesimpulan tersebut dapat berupa komentar, persetujuan, atau penjelasan atas teks anekdot. Umumnya dicirikan mengandung kata seperti akhirnya, itulah, atau demikianlah. Koda sesunggunya bersifat opsional, sehingga boleh dicantumkan atau tidak (Izzati, 2016). Koda juga dapat berisi perubahan yang terjadi pada penulis atau orang yang diceritakan dalam cerita (Sholekah dan Nuryatin, 2016).
Daftar Pustaka:
Azis, Ahmad Ridhai. 2016. Keefektifan Media Video Komedi dalam Menulis Teks Anekdot Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 2 Majene. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar.
Izzati, Laila Nur. 2016. Pembelajaran Memahami Struktur dan Kaidah Teks Anekdot dengan Menggunakan Metode Planted Questions pada Siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan.
Kemendikbud. 2013. Buku Siswa: Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik untuk Kelas X. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Rahmayanti, Dewi, I Nengah Martha, dan Ni Md. Rai Wisudariani. 2015. Pembelajaran Menulis Teks Anekdot pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 di Kelas X.A Akuntansi SMK Negeri 1 Singaraja. E-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 3, No. 1.
Setyorini, Ririn. 2017. Deskripsi Implikatur Fenomena Meme di Instagram dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Teks Anekdot. Jurnal Bahtera, Vol. 04, No. 8: 130-143.
Sholekah, Lies Aryanti Nur, Agus Nuryatin. 2016. Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Anekdot Bermuatan Kesantunan Berbahasa Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) pada Siswa Kelas X MIA-4 SMA Negeri 1 Grobogan Tahun Ajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 5, No. 1: 42-50.
Warni, Setia. 2018. Peningkatan Keterampilan Siswa Memproduksi Teks Anekdot Menggunakan Media Karikatur dan Pendekatan Saintifik. Jurnal Edukasi Khatulistiwa, Vol. 1, No. 1: 66-81.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar