Sinopsis Novel Dasamuka Karya Junaidi Setiyono ini merupakan tugas yang saya peroleh ketika mengikuti mata kuliah Pengajaran Sastra Indonesia. Mengutip dari blog Junaidi Setiyono, Novel Dasamuka merupakan Pemenang Unggulan Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2012.
Novel Dasamuka memadukan elemen-elemen tradisi dan cerita rakyat dengan tema modern dan penokohan yang digarap secara canggih, sehingga terjadi jalinan yang serasi antara tradisi dan modernitas pada tataran bentuk maupun tematik.
Sinopsis Novel Dasamuka
Novel ini berlatar di Yogyakarta pada masa awal penjajahan Inggris. Tokoh utama dalam novel ini bernama Willem Kappers, orang berkebangsaan Skotlandia yang mendarat di Indonesia karena sebuah misi: meneliti tentang bronjong atas saran John Casper Leyden. Ia mendarat bukan semata-mata karena itu, tapi lebih dimotivasi karena patah hati oleh keputusan Ailsa (tunangannya) yang memilih ayah Willem (Jeremias Kappers).
Di Jawa, awalnya ia tinggal bersama pamannya, Harvey Thompson. Harvey memiliki anak perempuan bernama Ailsa, yang mendedikasikan waktunya di kebun Buitenzorg (sekarang berubah nama menjadi Bogor) di bawah naungan Jenderal Raffles. Selanjutnya, atas bantuan Residen John Crawfurd, ia bisa mendapatkan tempat tinggal di kawasan keresidenan.
Kunci awal memahami budaya suatu tempat adalah dengan memahami bahasanya. Begitu juga Willem. Ia dibantu oleh Den Wahyana, tentu atas rekomendasi Crawfurd. Penelitiannya tentang bronjong telah usai. Namun, cerita tidak sampai di situ. Karena Den Wahyana, ia terlibat dengan beberapa peristiwa penting di Yogyakarta. Pertama, ia menjadi detektif gadungan untuk membuktikan bahwa Pieter (bekas serdadu Belanda) ikut dalam kelompok yang menyerang Raden Rangga karena pemberontakan yang diluncurkannya. Kedua, ia menjadi penyelamat Semi (seorang absi keraton yang merupakan sepupu Ki Sena, bibinya Dasamuka) ketika kelompok tentara Inggris hendak memperkosanya. Ketiga, ia (dengan bantuan Dasamuka) menyelamatkan Kiai Kasan (agamawan yang merupakan bapak mertua Semi) dari hukuman bronjong yang dijatuhkan oleh Raden Mas Suryanata (bangsawan Jawa) karena dianggap membantu proses pelarian Raden Rangga, padahal hanya karena merestui pernikahan Ngusman (anak Kiai Kasan) dengan Semi. Keempat, ia ikut dalam usaha melarikan “kembang” Sultan Hamengkubuwana IV (nama aslinya Sultan Jarot), Rara Ireng, yang merupakan istri sah dari Dasamuka (Danar nama aslinya). Kelima, ia menjadi salah satu saksi dari perencanaan Danar untuk membunuh Sultan Jarot karena atas kebijakan Raden Ayu Kencana (permaisuri Sultan HB II), mengejar proses pelarian itu yang dalam perjalanannya, membuat Rara Ireng meninggal. Keenam, ia menyaksikan dilantiknya seorang balita berusia 3 tahun untuk menjadi raja Jawa.
Selain peristiwa-peristiwa penting tersebut, tentu ada peristiwa lain yang menyangkut masalah pribadi tokoh utama ini. Misalnya, rasa ketertarikan Willem kepada Semi (seorang gadis Jawa yang keanggunannya mampu menghilangkan bayangan Ailsa, atau ketika ia merasa tersiksa saat Branjang (abdi dari Pangeran Diponegara II) bercerita tentang kisah pewayangan dengan tokoh utama Dasamuka. Saat itu, ia merasa tertohok sebab ia menjadi teringat hubungan Ailsa dengan ayahnya.
Di akhir cerita, Willem, Daisy dan Harvey harus kembali ke negara asalnya karena adanya larangan untuk menyewakan tanah perkebunan kepada bangsa asing. Harvey tidak tahu apa yang akan dilakukan tanpa perkebunan yang biasa disewanya, begitu juga dengan Daisy. Mengenai alasan Willem pulang ke negara asal, tentu bukan karena ingin kembali ke pelukan Ailsa. Ailsa telah meninggal setelah beberapa tahun menikah dengan Jeremias saat melahirkan anaknya. Hal yang membuat Willem pulang adalah ingin tetap bersama Daisy, orang yang ternyata menjadi tambatan akhir dari pelarian panjang yang melelahkan.
Dipandang sebagai karya sastra, Novel Dasamuka memiliki kelebihan tersendiri. Setidaknya dapat disetarakan dengan “Ronggeng Dukuh Paruk” karya Ahmad Tohari. Potensinya mengangkat aneka karakter para tokoh serta khasanah flora fauna pedesaan yang menjadi pernak-perniknya, hampir dapat disamakan.
Perbedaannya adalah, kisah Ronggeng disuguhkan secara lebih runtut, sedangkan kisah Dasamuka ditampilkan dengan pola zig-zag, bagaikan gelombang pasang surut.
ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK NOVEL DASAMUKAKARYA JUNAEDI SETIYONO DAN RENCANA PEMBELAJARANNYADI KELAS XI SMA
Oleh: Misbakhumunir, Kadaryati, Bagiya
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Purworejo
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik novel Dasamuka karya Junaedi Setiyono; (2) strukturalisme genetik novel Dasamuka karya Junaedi Setiyono; (3) rencana pembelajaran novel Dasamuka karya Junaedi Setiyono di kelas XI SMA. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah (1) unsur intrinsik novel Dasamuka karya Junaedi Setiyono terdiri dari: (a) tema: perjuangan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia; (b) tokoh utama: Willem berwatak pandai, penuh keyakinan, dan penuh rasa ingin tahu; Dasamuka berwatak cerdik dan percaya diri; tokoh tambahan: Den Wahyana, Ki Sena, Pieter, Kiai Ngarip, Den Mas Suryanata, Rara Ireng, Sutan Jarot, Semi, dan Ngusman; (c) alur: maju; (d) latar tempat: Keraton Ngayogyakarta, Loji Tuan Thompson, dan Puri Tegalreja; latar waktu: pagi, siang, sore, malam hari, tahun 1811, 1816, 1823, dan tahun 1824; latar sosial: kebudayaan Jawa yang meliputi, adat istiadat, pandangan hidup, dan bentuk tempat tinggal; (2) strukturalisme genetik novel Dasamuka karya Junaedi Setiyono terdiri dari (a) fakta kemanusiaan: fakta kemanusiaan kreasi kultural, aktivitas sosial, dan fakta kemanusiaan aktivitas politik; (b) subjek kolektif: perbedaan kelompok priyayi dan kelompok wong cilik (orang kecil); (c) pandangan dunia pengarang: pandangan kemanusiaan; (3) rencana pembelajaran novel Dasamuka karya Junaedi Setiyono sesuai dengan kompetensi dasar 7.2 menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan; model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif model Team Game Tournament (TGT); metode yang digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan; langkah-langkah pembelajaran terdiri dari kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.
Kata kunci: strukturalisme genetik, novel, rencana pembelajaran
PENDAHULUAN
Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imanjinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya. Oleh karena itu, kehadiran karya sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Pengarang sebagai subjek individual mencoba menghasilkan pandangan dunianya kepada subjek kolektifnya. Menurut Iswanto, keberadaan sastra yang demikian menjadikan ia diposisikan sebagai dokumen sosiobudaya (Jabrohim, 2017: 77).
Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan bentuk karya sastra yang mampu memberikan manfaat besar bagi perkembangan kemanusiaan dan kehidupan manusia. Para novelis menampilkan pengajarannya melalui berbagai tema dan amanat dalam novelnya, misalnya tema kemanusiaan, sosial, cinta kasih, ketuhanan, dan sebagainya. Dalam pembentukannya novel tidak dapat lepas dari struktur pembangunnya. Namun, dalam strukturalisme genetik Goldmann menyatakan bahwa struktur itu bukanlah sesuatu yang statis, melainkan merupakan produk dari proses sejarah yang terus berlangsung, proses strukturasi dan destrukturasi yang hidup dan dihayati oleh masyarakat karya sastra yang bersangkutan. Goldman percaya pada adanya homologi antara struktur karya sastra dengan struktur masyarakat, sebab keduanya merupakan produk dalam aktivitas strukturasi yang sama (Faruk, 2015: 56).
Selama ini banyak orang awam yang berpendapat bahwa kita telah memahami substansi novel secara komprehensif hanya dengan menganalisis unsur-unsur intrinsik novel. Padahal tidak demikian, apabila karya sastra hanya dipahami dari unsur intrinsiknya saja, makna karya sastra dapat dianggap lepas dari konteks sosialnya. Karya sastra selalu berkaitan dengan masyarakat dan sejarah yang melingkupi penciptaan karya sastra. Pemaknaan teks karya sastra yang mengabaikan pengarang sebagai pemberi makna akan berbahaya karena penafsiran tersebut akan mengorbankan ciri khas, kepribadian, cita-cita, dan juga norma-norma yang dipegang teguh oleh pengarang tersebut dalam kultur sosial tertentu (Endraswara, 2013: 56).
Strukturalisme genetik adalah cabang penelitian sastra secara struktural yang tak murni (Endraswara, 2013: 55). Strukturalisme genetik muncul sebagai reaksi atas strukturalis murni yang mengabaikan latar belakang sejarah dan latar belakang sastra yang lain. Goldmann menyatakan bahwa karya sastra sebagai struktur bermakna akan mewakili pandangan dunia penulis (Endraswara, 2013: 57). Pandangan ini bukan sebagai individu melainkan sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa strukturalisme genetik merupakan penelitian sastra yang menghubungkan antara struktur sastra dengan struktur masyarakat melalui pandangan dunia atau ideologi yang diekspresikannya.
Salah satu novel yang dapat dianalisis menggunakan strukturalisme genetik adalah novel Dasamuka karya Junaedi Setiyono. Kelebihan dari novel Dasamuka adalah terdapat nilai-nilai kemanusiaan, pembentukan suatu idealisme, sejarah, dan budaya yang diharapkan pantas ditiru bagi setiap pembacanya. Novel tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA. Pembelajaran sastra khususnya novel, sangat penting bagi peserta didik karena dengan mempelajari sastra, peserta didik diperkenalkan dengan macam-macam peristiwa dalam kehidupan. Hal ini senada dengan Rahmanto yang menyatakan bahwa pengajaran sastra harus dipandang sebagai sesuatu yang penting dan patut menduduki tempat yang selayaknya (Rahmanto, 1988: 15).
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas terdapat salah satu aspek yang berkaitan dengan masalah unsur intrinsik dan ekstrinsik novel, yaitu pada pembelajaran kelas XI semester I untuk aspek membaca. Standar kompetensi 7. memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan, dan Kompetensi Dasar 7.2 menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Menurut Sukirno, membaca adalah perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja sama beberapa keterampilan, yaitu mengamati, memahami, dan memikirkan (Sukirno, 2009: 2). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan unsur intrinsik novel Dasamuka karya Junaedi Setiyono, strukturalisme genetik novel Dasamuka karya Junaedi Setiyono dan rencana pembelajarannya di kelas XI SMA. Kajian terdahulu yang dijadikan acuan penelitian ini, yaitu penelitian Mastuti (2015), Khusnul Khotimah (2016), dan Tri Maryani (2016).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Objek penelitian ini adalah analisis strukturalisme genetik novel Dasamuka karya Junaedi Setiyono dan rencana pembelajarannya di kelas XI SMA. Penelitian ini difokuskan pada analisis strukturalisme genetik novel Dasamuka karya Junaedi Setiyono yang meliputi unsur intrinsik novel, fakta kemanusiaan, subjek kolektif, pandangan dunia pengarang, serta rencana pembelajarannya di kelas XI SMA. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Dasamuka karya Junaedi Setiyono yang diterbitkan oleh penerbit Elmatera di Yogyakarta tahun 2014. Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan kartu pencatat data. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik studi pustaka. Studi pustaka berkaitan dengan teoretis dan referensi lain yang terkait dengan nilai, budaya, dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2016: 398). Teknik analisis data dilakukan dengan teknik analisis isi (Sudaryanto, 2015: 15), yaitu penelitian dilakukan dalam dokumen-dokumen yang padat isi. Teknik yang digunakan untuk menyajikan hasil analisis data adalah teknik penyajian informal.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dalam penelitian ini meliputi, unsur intrinsik novel Dasamuka karya Junaedi Setiyono, strukturalisme genetik novel Dasamuka karya Junaedi Setiyono, dan rencana pembelajarannya di kelas XI SMA.
Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Dasamuka karya Junaedi Setiyono, meliputi: (a) tema: perjuangan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia; (b) alur: maju; (c) tokoh utama: Willem digambarkan sebagai tokoh yang pandai, penuh keyakinan, dan penuh rasa ingin tahu; Dasamuka digambarkan sebagai tokoh yang cerdik dan percaya diri; tokoh tambahan: Den Wahyana, Ki Sena, Pieter, Kiai Ngarip, Kiai Ngali, Den Mas Suryanata, Rara Ireng, Sultan Jarot, Semi, dan Ngusman ; (d) latar tempat: Universitas Edinburgh, Bogor, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Loji Tuan Thompson, Bagelen, Puri Tegalreja, dan Kebumen; latar waktu: pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari, tahun 1811, 1816, 1823, dan tahun 1824; latar: latar sosial: kebudayaan Jawa yang meliputi adat istiadat, pandangan hidup, dan bentuk tempat tinggal.
Analisis strukturalisme genetik novel Dasamuka, meliputi: (1) fakta kemanusiaan, terdiri dari fakta kemanusiaan kreasi kultural menjelaskan karakteristik budaya kehidupan sosial masyarakat Jawa, fakta kemanusiaan aktivitas sosial menjelaskan kehidupan sosial yang terdapat dalam novel Dasamuka, fakta kemanusiaan aktivitas politik menjelaskan gambaran politik di Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat; (2) subjek kolektif dalam novel Dasamuka, meliputi subjek kolektif kelompok priyayi dan subjek kolektif kelompok wong cilik (orang kecil), perbedaan tersebut dilihat melalui bahasa, pekerjaan, peralatan hidup, pakaian yang digunakan, dan tempat tinggal; (3) pandangan dunia pengarang Junaedi Setiyono adalah pandangan kemanusiaan.
Rencana pembelajaran novel Dasamuka karya Junaedi Setiyono di kelas XI SMA berdasarkan kompetensi dasar 7.2 menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Model pembelajaran ini menggunakan model pembelajaran Team Game Tournament (TGT) dan dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan pemberian tugas. Langkah-langkah pembelajaran: pertemuan I terdiri dari (1) pendahuluan, pendidik mengucapkan salam pembuka, menciptakan suasana belajar kondusif, memotivasi agar belajar aktif; pendidik menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dicapai; (2) inti, kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar. Pada tahap ini, pendidik menyampaikan materi unsur intrinsik yang terdapat dalam novel; pendidik membentuk kelompok yang terdiri dari empat sampai lima peserta didik; pendidik meyiapkan kartu berwarna-warni yang dibaliknya telah berisi pertanyaan tentang unsur intrinsik; salah satu anggota kelompok ke depan mengambil kartu tersebut; peserta didik mendiskusikan pertanyaan dengan anggota kelompoknya; peserta didik mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, (3) penutup, pada tahap ini pendidik menyimpulkan kembali pembelajaran yang dipelajari kemudian mengucapkan salam penutup. Pertemuan II, (1) pendahuluan, pendidik memberikan salam, mengondisikan kelas, dan mengajukan pertanyaan terkait materi yang sudah disampaikan; (2) inti, terdiri dari: pendidik menyampaikan materi strukturalisme genetik; pendidik menanyakan tugas peserta didik tentang analisis strukturalisme genetik yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya; pendidik dan peserta didik bersama-sama mendiskusikan dan membahasnya; (3) penutup, pada tahap ini, pendidik menyimpulkan hasil pembelajaran; pendidik mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing kelompok akan mendapat hadiah apabila skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Kelompok dengan skor tertinggi mendapat julukan “Super Team”, tertinggi kedua “Great Team”, dan tertinggi ketiga “Good Team”.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan sebelumnya, simpulan penelitian ini adalah unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Dasamuka karya Junaedi Setiyono meliputi: tema, alur, tokoh dan penokohan, dan latar. Strukturalisme genetik dalam novel Dasamuka karya Junaedi Setiyono meliputi: fakta kemanusiaan, subjek kolektif, dan pandangan dunia pengarang. Rencana pembelajaran novel Dasamuka karya Junaedi Setiyono di kelas XI SMA berdasarkan kompetensi dasar 7.2 menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Model pembelajaran ini menggunakan model pembelajaran Team Game Tournament (TGT) dan dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan pemberian tugas.
Berdasarkan simpulan di atas, peneliti dapat memberikan saran, (1) bagi pembaca, penelitian ini hendaknya dapat meningkatkan rasa cinta terhadap karya sastra Indonesia dan mengambil nilai positif yang terdapat dalam novel; (2) bagi pendidik, novel Dasamuka dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra karena novel ini menyajikan sejarah Indonesia masa lampau yang dapat menumbukan rasa nasionalisme pada perserta didik; (3) bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya atau penelitian serupa di masa yang
akan datang.
DAFTAR RUJUKAN
Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra: Epistimologi, Model, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: FBS UNY. Faruk. 2015. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik sampai Post- modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jabrohim. 2017. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Khotimah, Khusnul. 2016. “Unsur Budaya dan Kearifan Lokal Novel Dasamuka Karya Junaedi Setiyono dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XII SMA (Kajian Antropologi Sastra)”. Surya Bahtera. Vol 4, No 35. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Maryani, Tri. 2016. “Analisis Strukturalisme Genetik Novel Rantau I Muara Karya Ahmad Fuadi dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Mastuti , Dwi Linda. 2015. “Analisis Strukturalisme Genetik dalam Roman Die Verwandlung Karya Franz Kafka”. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Setiyono, Junaedi. 2014. Dasamuka. Yogyakarta: Penerbit Elmatera. Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknis Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Budaya secara Linguistis. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press. Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D. Bandung: Alfabeta. Sukirno. 2009. Sistem Membaca Pemahaman yang Efektif. Purworejo: UMP Press
Upaya mengembangkan potensi anak usia dini yaitu dengan cara mengembangkan aspek fisik, sosial, emosional dan kognitif seorang anak oleh orang tua maupun pendidik selain diperlukan lingkungan yang aman dan memberikan pengasuhan yang baik maka, hal lain yang perlu dipahami oleh pendidik adalah penyesuain dengan perkembangan masing-masing anak. Penyesuaian perkembangan harus meliputi aspek utama yaitu penyesuaian karakteristik dan kelompok usia, dan penyesuaian sosial budaya dan adat istiadat. Penyesuaian karakteristik dan kelompok usia di dasarkan bahwa setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak lainya. Keunikan masing-masing anak harus mampu diakomodasi dengan baik oleh orang tua maupun pendidik. Ketidak sesuaian dengan karakter akan membuat anak merasa tidak dihargai sebagai individu. Penyesuaian dengan latar belakang sosial budaya dapat berwujud penyerapan materi yang sesuai dengan asal daerah anak. Misalnya anak yang tinggal di daerah pegunungan akan lebih mudah memahami materi tentang udara dingin, tanah longsor dan tebing tinggi. Sedangkan anak yang tinggal di daerah pantai akan lebih memahami materi tentang pasir, ikan, ombak, perahu dan kapal. Mengembangkan potensi anak harus memperhatikan beberapa aspek yang saling berkaitan sebagai berikut:
1. Kondisi belajar yang kondusif
Suasana belajar yang kondusif akan memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan pendidik. Interaksi yang baik akan membuat hubungan pendidik dengan peserta didik terjalin harmonis. Hubungan yang harmonis akan membuat peserta didik merasa nyamak ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Kondisi belajar yang kondusif dapat dicapai dengan mengupayakan beberapa hal yaitu: (a) lingkungan yang aman, nyaman, bersih, rapih dan indah, (b) membiasakan sopan santun antara pendidik dengan peserta didik dan sebaliknya, (c) memberikan pujian atas keberhasilan peserta didik, (d) memberikan kasih sayang yang tulus.
2. Menyesuaikan kurikulum peserta didik
Menyesuaikan kurikulum berarti isi dari menu pembelajaran anak usia dini mencakup subyek yang dipelajari, nilai-nilai sosial dan budaya, masukan dari orang tua, usia dan pengalaman dari anak-anak sendiri. Penyesuaian kurikulum akan memudahkan peserta didik untuk menguasai materi yang disampaikan.
3. Hubungan yang saling menguntungkan dengan keluarga
Pengetahuan yang mendalam mengenai kondisi individual anak dan konteks lingkungan dimana anak bekembang dan belajar sangat diperlukan. Dengan demikian menjalin hubungan yang erat dengan keluarga akan sangat menunjang. Hubungan baik dengan orang tua dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan, pelaporang hasil dan perkembangan belajar anak, atau dalam kegiatan-kegitan non akademis lainya.
4. Memberikan stimulasi
Memberikan stimulasi dalam bentuk musik, seni, maupun bermain peran yang akan memeperkuat perkembangan bahasa.
5. Memberikan contoh penyelesaian masalah
Memberikan contoh penyelesaian masalah sehingga anak akan mendapatkan pengalaman dari orang dewasa.
6. Memberikan pendampingan secara intensif kepada anak
Pendampingan bermanfaat untuk mencegah anak melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya dilakukan. Pendampingan jugga bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak.
Model pembelajaran kooperatif menurut Abdurrahman dan bintoro adalah sistem yang di dalamnya terdapat elemen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Adapun elemen pembentuk metode pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
Memiliki saling ketergantungan yang bernilai positif
Interaksi dilakukan secara langsung atau melalui tatap muka
Akuntabilitas individual
Melatih keterampilan dalam menjalin komunikasi dan hubungan antar pribadi serta keterampilan sosial.
Dari sini dapat disimpulkan, bahwa metode pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk bekerja sama dalam kelompok yang akan mendorong munculnya gagasan yang lebih bermutu, sehingga meningkatkan kreativitas dalam berpikir, meningkatkan kemampuan para siswa untuk berinteraksi dengan orang sekitarnya serta mengharga perbedaan yang ada.
Model Pembelajaran Kooperatif
Adapun metode pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai macam jenis atau tipe. Diantaranya sebagai berikut:
1. Model Jigsaw
Meodel jigsaw dilakukan dengan cara membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil, setiap kelompoknya terdiri dari 3-5 siswa. Dimana setiap anggota memiliki tugas yang berbeda-beda.
Selanjutnya guru akan meminta kepada masing-masing setiap anggota dari semua kelompok yang memiliki tugas yang sama akan kembali membentuk kelompok untuk mendiskusikan dan mencatat pendapat dari setiap anggotanya.
Setelah diskusi selesai, setiap anggota akan diminta untuk kembali ke kelompoknya masing-masing dan memberikan laporan dari hasil diskusi yang dilakukannya dengan anggota dari kelompok lain yang memiliki tugas yang sama dengannya.
Setiap anggota dalam kelompok harus memahami setiap tugas yang dimiliki oleh anggota lain dalam kelompoknya. Setelah itu, guru akan menunjuk salah satu kelompok secara acak untuk menyampaikan hasil diskusi yang dilakukan.
Kelompok lain yang tidak diminta untuk menjelaskan, diharuskan untuk memberikan pendapat mengenai penjelasan yang disampaikan oleh kelompok tersebut. Guru akan kembali melakukan klarifikasi untuk jawaban atau kesimpulan yang kurang tepat atau sempurna.
2. Model think Pair And Share
Pada awalnya guru akan menyampaikan inti dari keseluruhan materi yang akan dijadikan sebagai bahan diskusi antar siswa. Setelah materi selesai disampaikan, para siswa diminta untuk berdiskusi dengan cara berpikir kritis dan mengutarakan hasil pemikirannya dengan teman sebelahnya.
Kemudian guru akan membagi para siswa untuk membentuk kelompok kecil yang berfungsi agar para siswa secara bergantian akan mengutarakan hasil diskusinya dalam kelompok tersebut.
Diakhir pembelajaran, guru akan menarik kesimpulan dari hasil diskusi yang dilakukan oleh para siswa.
3. Model Decision Making
Model decision making diawali dengan guru yang akan menyampaikan tujuan dan rumusan masalah dari materi yang akan dijadikan sebagai bahan diskusi oleh siswa. Penyampaian materi dilakukan melalui media seperti gambar atau contoh kasus yang sesuai dengan diskusikan.
Setelah selesai menyampaikan materi, guru akan meminta para siswa untuk bergabung dalam kelompok kecil. Dalam kelompok tersebut para siswa akan diminta untuk mengindentifikasikan penyebab permasalahan, mencari alternatif jalan keluar dan mencari jalan keluar agar masalah tersebut tidak kembali terjadi.
4. Model Group Investigation
Siswa akan dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Ketua kelompok akan dipanggil untuk mengambil satu materi yang akan dibahas dalam kelompoknya. Setiap kelompok akan membahas materi yang berbeda.
Setelah itu ketua kelompok akan kembali ke dalam kelompoknya dan memulai melakukan diskusi berdasarkan materi yang ditentukan. Setelah diskusi selesai, ketua kelompok sebagai juru bicara akan menyampaikan hasil diskusinya dihadapan kelompok lain. Penjelasan akan ditutup dengan tanggapan yang diberikan oleh guru sekaligus guru akan memberikan penjelasan singkat beserta kesimpulan dari apa yang disampaikan oleh kelompok tersebut.
5. Model Mind Mapping
Siswa akan dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan anggota 2-3 orang di dalamnya. Setiap kelompok diminta untuk berdiskusi dan mencari jalan keluar untuk sebuah kasus yang diberikan oleh guru.
Setelah diskusi selesai, secara acak guru akan meminta setiap kelompok untuk membacakan hasil diskusinya secara bergantian. Dimana hal-hal yang dinilai penting akan dicatatat oleh guru di papan tulis dan diakhir pelajaran para siswa diminta untuk merangkum atau membuat kesimpulan berdasarkan data yang ada di papan tulis.
6. Model Dapate
Guru akan membagi para murid menjadi dua kelompok yang terdiri dari satu kelompok pro satu kelompok kontra terhadap materi atau kasus yang akan diangkat. Kelompok pro akan menanggapi pendapatat dari kelompok kontra berikut pula selanjuntya sampai setiap murid penyampaikan pendapatnya.
Ketika setiap kelompok mengemukakan atau menyampaikan gagasannya, guru akan menuliskan hal-penting yang berasal dari pembicaraan dari kedua kelompok tersebut. Diakhir diskusi guru akan meminta para siswa untuk membuat rangkuman atau kesimpulan yang berisi tujuan yang ingin dicapai dari kasus tersebut.
Sampai dengan saat ini model pembelajaran kooperatif dinilai paling efektif karena selain mempelajari ilmu pengetahuan, siswa secara tidak langsung belajar bagaimana berinteraksi dalam sebuah kelompok dan cara menghargai perbedaan pendapat atau cara pandang antar anggotanya.
Sudah lama jari-jemari ini tak menari-nari diatas keyboard. Rasanya sudah rindu pengap mendengar suara keyboard yang terkena hentakan jari. Baru tadi siang saya bisa melakukan kebiasaan yang sudah lama saya tinggalkan.
Dulu hampir setiap hari, saya membuat konten di blog. Karena dulu saya tidak tahu, apa yang harus saya lakukan agar hidup ini bermanfaat bagi orang lain. Gampangnya dengan ngeblog saya bisa berbagi pengetahuan dengan orang lain. Selain berbagi pengetahuan ternyata ngeblog juga mampu menawarkan penghasilan bagi kita.
Sebelum Google+ di tutup, saya mengikuti komunitas tentang Google AdSense. Ngiler kalau melihat master-master post penghasilan dari blog.
Saya sempat berguru juga dengan teman yang sudah saya anggap sebagai master. Karena waktu itu, dia sudah berpenghasilan dari blog.
Kasus tersulit dalam blog yang pernah saya alami adalah penolakan berulang kali oleh pihak Google AdSense. Di sini saya hampir menyerah untuk mendapatkan penhasilan dari dunia maya. Saya kembali ke fokus awal yaitu ngeblog untuk berbagi pengetahuan saja. Sampai suatu ketika saya di terima, entah itu pendaftaran ke berapa, kalau tidak salah itu pendaftaran ke 16.
Namun, jika kita mau bekerja keras serta konsisten, bukan hal yang tidak mungkin jika kita bisa memperoleh gaji dari dunia maya (blogger khususnya).
Untuk menutup tarian jari saya pada malam hari ini. Saya ingin mengatakan kalau sahabat (pembaca) ingin membuat blog berpengasilan, kuncinya tetap bekerja keras dan konsisten. Bekerja keras dan konsisten di butuhkan, karena sahabat bukan Bandung Bondowoso yang mampu mengerjakan apapun dalam waktu semalam suntuk.
Sekian, dan semoga tarian jari saya menginspirasi banyak orang untuk mendapatkan penghasilan dari blog.
Kerja sama tim atau kelompok akan mampu menyelesaikan tugas-tugas dengan baik bahkan mampu meraih tujuan tim atau kelompok. Kerjasama tim yang efektif sudah barang tentu menjanjikan pengalaman yang berharga dan merupakan wadah luas untuk belajar mengatasi setiap problem yang ada. Kerjasa tim yang di imbangi dengan kecerdasan akan dapat memenangkan sesuatu yang lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan tanpa ada kerja sama tim.
Setiap orang membawa karakter masing-masing dan hal tersebut menciptakan pola atau cara kerja yang berbeda. Ada yang terbiasa bekerja sendiri (individu) dan ada pula yang lebih menyukai bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan.
Bagi Anda yang belum terbiasa bekerja bersama orang lain, maka mulailah dari sekarang Anda berlatih diri, karena bekerja sama dalam tim akan menghasilkan output yang lebih besar dibandingkan dengan bekerja secara individu. Selain itu, bekerja sama dalam tim juga akan membawa Anda untuk mengakrabkan diri dengan rekan kerja Anda.
Lalu, bagaimana membangun kerja sama tim yang kuat?
1. Pemimpin tim yang dapat memfasilitasi komunikasi diatara anggota
Hal ini penting untuk menciptakan atmosfer komunikasi yang terbuka, jujur dan saling menghormati. Setiap anggota tim berhak untuk mengekspresikan dirinya dalam bentuk pemikiran, opini, bahkan hingga solusi yang menjawab permasalahan yang ditemui kelompok. Mereka juga terbuka untuk mendengar dan didengarkan untuk memahami masing-masing buah pikiran. Selain itu, suasana keterbukaan dimana anggota tim juga dapat mengajukan sejumlah pertanyaan untuk klarifikasi ide-ide yang dilemparkan. Hal ini justru lebih baik dibandingkan sikap mematahkan setiap ide yang muncul ke permukaan.
2. Mengatur ekspetasi bersama
Tentu setiap orang mempunyai semangat pencapaian karir yang berbeda, maka akan lebih baik menyelaraskan ekspektasi dalam tim. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apa yang mereka harapkan dari setiap kegiatan bekerja sama dalam tim. Tentunya tak hanya mengatur ekspektasi saja, tetapi juga berusaha secara bersama-sama memenuhinya.
3. Membangun kepercayaan dan saling menghormati
Sebaiknya sebuah tim didirikan berdasarkan kepercayaan antar sesama yang kuat. Disamping itu setiap anggota tim akan lebih baik lagi jika saling menghormati posisi-posisi masing-masing. Mengapa? Dengan kuatnya saling rasa percaya dan saling menghormati maka akan mempermudah bekerja sama dengan sesama dan pemimpin dapat mendelegasikan tugas-tugas yang dapat dikerjakan oleh anggota timnya dengan baik.
4. Melihat sisi positif perbedaan
Perbedaan mendasar dari bekerja sama dengan bekerja sendiri adalah jumlah kepala yang menuangkan ide ke dalam pekerjaan. Perbedaan pendapat merupakan dua sisi pada koin, dapat dipandang sebagai hambatan atau sebagai manfaat.
5. Evaluasi performa tim dan umpan balik
Setelah selesai kerja sama tim, jangan lupa untuk mengevaluasi performa ekspektasi dan tujuan tim. Juga jangan lupa meminta umpan balik dari rekan-rekan tim Anda. Hal ini perlu untuk mengukur apakah pencapaian kinerja tim Anda. Nah, dari sinilah Anda bisa melihat ruang untuk memperbaiki kinerja untuk proyek tim selanjutnya. Disamping itu, setelah melihat kinerja tim, Anda bisa memberikan reward (hadiah) dan insentif seperlunya agar memotivasi seluruh anggota tim untuk kinerja yang lebih baik di masa depan dan sebagai bukti penghargaan atas kerja sama.
Dengan demikian akan akan tumbuh dan tercipta kerja sama tim yang kuat. Dengan tumbuh dan terciptanya kerja sama tim yang kuat, pekerjaan seberat apapun akan terasa lebih ringan.
Saya tidak akan pernah menyebut sekolah mana dan siapa gurunya yang memviralkan kata kencleng tersebut. Yang pasti kata kencleng ini dibawa dan di viralkan oleh mahasiswa magang universitas swasta di daerah Purworejo.
Akrabnya, kata kencleng ini digunakan untuk bahan becanda (lelucon), dengan mengatakan “kamu kencleng” atau “kamu guru kencleng” dan lain sebagainya. Tapi bisa di pastikan, penggunaan kata kencleng ini bukan untuk membuli. Yang lebih lucu lagi, ternyata tak seorang pun yang tahu apa arti kencleng tersebut.
Kencleng, kencleng dan kencleng. Sampai-sampai saya penasaran dengan kata tersebut. Akhirnya sangking penasarannya saya mencari definisi dari kata kencleng tersebut.
Menurut dari beberapa sumber yang saya baca, kencleng adalah sebuah istilah bahasa sederhana dari celengan kaleng yang berbentuk lonjong, sehingga apabila dimasukkan uang logaman maka akan berbunyi kencreng.
Lalu menurut Kamus Besar Bahasa indonesia, kencleng adalah tiruan bunyi uang logam yang dijatuhkan kedalam kaleng.
Berdasarkan pengertian diatas, saya menyimpulkan bahwa kencleng adalah istilah dari tempatnya, sedangkan kencreng adalah istilah dari bunyinya.
Setelah saya mengetahui definisi dan akhirnya saya menyimpulkan kata kencleng tersebut, maka menjadi lucu sekali apabila guru atau mahasiswa magang di katakan kencleng. Jika di katakan “kamu kencleng” maka itu artinya kamu tempat menabung (bendahara, teller bank, dll). Lalu lucunya dimana? Lucunya yang jelas di penggunaan kata kencleng yang tidak tahu artinya. haha